Imam yang dibunuh di Suriah dipuji sebagai martir


DibawahPerlindunganMaria[DPM] - Hari-hari setelah Pastor Frans van der Lugt SJ dibunuh di Suriah, teman dekatnya mengisahkan kesucian pribadinya dan kemajuan luar biasa dalam hubungan Kristen-Muslim.

Wael Salibi, 26, mengenang bagaimana ketika wilayah Kristen di Homs diambil alih oleh pemberontak, 66.000 umat “meninggalkan rumah-rumah mereka, dan hanya beberapa dari mereka tinggal di sana. Ia adalah satu-satunya imam yang masih tinggal di gerejanya.”

“Hanya beberapa bulan sebelum dia meninggal, dia mengatakan, “Saya tidak bisa meninggalkan umat saya, saya tidak bisa meninggalkan gereja saya, saya kepala gereja ini, bagaimana mungkin saya meninggalkan mereka?” kata Salibi kepada CNA belum lama ini.

Salibi, yang berasal dari kota Homs – dibesarkan di sana sebagai teman dekat dan murid Pastor Frans, yang secara brutal dibunuh pada 7 April.

Beberapa hari sebelum ia merayakan ulang tahun ke-76, penembak tak dikenal memasuki gerejanya, memukuli dia dan menembak dia di kepala.

Selama tiga tahun terakhir Suriah telah terlibat dalam konflik setelah warga memprotes aturan Bashar al-Assad, presiden Suriah.

Sejak itu, kekerasan telah berubah menjadi perang saudara yang telah merenggut nyawa sekitar 140.000 orang.

Saat ini ada 2,6 juta pengungsi Suriah di negara-negara terdekat, sebagian besar dari mereka ke Lebanon, Yordania, dan Turki, sementara 6,5 juta warga Suriah lain diyakini telah terlantar akibat perang tersebut.

Salibi kini tinggal dan belajar di Roma, dan tidak mau kembali ke kotanya – setelah kunjungan keagamaan dua minggu ke Eropa – dan setelah menerima telepon dari ibunya yang menyuruhnya untuk tidak boleh pulang ke Homs.

Mengingat hidupnya bersama imam itu, Salibi menjelaskan bahwa Pastor Frans telah tinggal dan bekerja di Suriah sejak tahun 1966, keluarganya memiliki hubungan dekat dengan imam itu, yang sering mengunjungi mereka setelah merayakan Misa Natal.

Salibi mencatat, “Pastor Frans telah mempengaruhi ribuan orang, dan ia mendengarkan orang lain.”

Salibi mengisahkan bagaimana imam itu bekerja tanpa lelah demi persatuan di antara Kristen dan Muslim di daerah tersebut, dan memajukan hubungan ini melalui dua proyek utama di negara ini.

Prakarsa pertama Pastor Frans adalah sebuah proyek “Al-Maseer” yang berarti “bergerak,” lanjut Salibi, sebuah kelompok terdiri dari 300 orang,  berasal dari berbagai daerah di seluruh Suriah.

Kelompok itu biasanya berjalan bersama pada akhir pekan, dan pada musim panas lalu kelompok itu membuat sepuluh hari perjalanan sekitar lebih dari 60 kilometer dan tidur di gereja dan masjid yang terletak di sepanjang jalan.

Seringkali ketika kelompok itu merasa lelah karena semua berjalan, mereka akan terkejut karena Pastor Frans “berusia 70 tahun dan dia adalah orang pertama yang tiba di Suriah,” Salibi menceritakan bagaimana imam asal Belanda itu akan selalu memberitahu mereka “ilal amam,” yang berarti “terus.”

Mengacu pada proyek kedua yang diprakarsai Pastor Frans, Salibi menjelaskan bahwa nama proyek itu adalah “Al-ard” yang berarti “bumi” atau “tanah,” yang berada di pedesaan di luar Homs, dan merupakan tempat dimana imam itu menampung orang cacat dari seluruh daerah, Muslim dan Kristen, dan menyediakan pekerjaan dan kegiatan untuk mereka.

Sebelum bekerja di proyek ini, Salibi menjelaskan bahwa “aku takut” orang-orang cacat, tetapi setelah bekerja di proyek itu “Aku merasa bahwa dalam Tuhan tidak ada perbedaan, tidak ada perbedaan antara agama, tidak ada perbedaan antara orang-orang cacat, tidak ada perbedaan antara manusia.”

“Dia mengajari saya bersikap rendah hati dan mengasihi, dan bagaimana kita dapat menemukan kasih Tuhan dalam diri orang-orang,” tambahnya.(ucanews/jmw-DPM)
Imam yang dibunuh di Suriah dipuji sebagai martir Imam yang dibunuh di Suriah dipuji sebagai martir Reviewed by jmw on Thursday, April 17, 2014 Rating: 5

No comments:

Sopan Santun Anda Sangat Kami Hargai

" Aquila non capit muscas "

Powered by Blogger.