Pengangkatan Maria ke surga ini memberikan pengharapan bagi penggenapan janji Allah kepada semua umat beriman yang setia sampai pada akhirnya.
1. Bunda Maria adalah Tabut Perjanjian Baru yang selalu berada dalam kesatuan dengan Kristus yang dikandungnya.
Kitab Mazmur mengajarkan, “Bangunlah, ya TUHAN, dan pergilah ke tempat perhentian-Mu, Engkau serta tabut kekuatan-Mu!” (Mzm 132:8). Maria sebagai Tabut Perjanjian Baru yang mengandung Kristus, akan selalu bersama dengan Kristus. Jika Henokh dan nabi Elia dapat diangkat oleh Tuhan ke surga (lih. Kej 5:24, Ibr 11:5. 2 Raj 1:11-12, 1 Mak 2:58) maka terlebih lagi Tuhan Yesus dapat melakukan hal itu terhadap Ibu-Nya.
2. Kitab Suci menggambarkan secara figuratif bahwa Bunda Maria adalah ratu, yang menerima kemuliaan karena kemuliaan Puteranya.
Kitab Raja- raja mengisahkan bagaimana Raja Salomo (anak Raja Daud) menghormati ibunya, Batsyeba, dan raja menyediakan tempat bagi bundanya di sebelah kanannya (lih. 1 Raj 2:19). Kristus, sebagai Raja keturunan Daud dan Putera Allah sendiri, akan berbuat yang sama, yaitu menghormati ibu-Nya dan menyediakan tempat baginya di sisi kanan-Nya di Surga. Jika raja di dunia tahu menghormati ibunya, maka Kristus Sang Raja di atas segala raja, tidak akan kurang dalam memberi penghormatan kepada ibu yang melahirkan-Nya ke dunia.
Kitab Mazmur menggambarkan perkawinan raja, di mana raja yang digambarkan di sana adalah Kristus: “Engkau yang terelok di antara anak- anak manusia…. Takhtamu kepunyaan Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya…. sebab itu Allah telah mengurapi engkau… di antara mereka yang disayangi terdapat puteri-puteri raja, disebelah kananmu berdiri permaisuri berpakaian emas dari Ofir.” (Mzm 45:3-10) Permaisuri di sebelah kanan raja adalah bunda sang raja, sebagaimana ratu Batsyeba di jaman Raja Salomo.
Kitab Wahyu menggambarkan Tabut perjanjian sebagai seorang perempuan yang mengandung Anak laki- laki, “Maka terbukalah Bait Suci Allah yang di sorga, dan kelihatanlah tabut perjanjian-Nya di dalam Bait Suci itu dan terjadilah kilat dan deru guruh dan gempa bumi dan hujan es lebat. Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya…. Maka ia melahirkan seorang Anak laki-laki, yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi…” (Why 11:19- 12:1-12). Gereja Katolik menginterpretasikan ‘perempuan’ ini secara literal sebagai Bunda Maria, yaitu “perempuan” yang sama yang disebutkan pada Kej 3:15 dan Yoh 2:4; 19:26. Namun demikian, Gereja Katolik juga menerima interpretasi allegoris lainnya, yaitu bahwa ‘perempuan’ ini dapat diinterpretasikan sebagai Gereja, Israel ataupun Yerusalem sorgawi.
3. Pengangkatan Bunda Maria ke surga merupakan pemenuhan janji Allah.
Kitab Suci mengatakan bahwa seorang perempuan (yaitu Bunda Maria) yang keturunannya (Yesus) akan menghancurkan Iblis dan kuasanya, yaitu maut (lih. Kej 3:15); dan bahwa pengangkatan ini merupakan kemenangan atas dosa dan maut (lihat Rom 5-6, 1 Kor 15:21-26) di mana kematian akan ditelan dalam kemenangan (1 Kor 15:54-57).
Rasul Paulus mengajarkan bahwa “…jika kita menderita bersama-sama dengan Dia [Kristus]…kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.” (Rom 8:17). Kehidupan Bunda Maria sendiri diwarnai berbagai penderitaan bersama Kristus, dan nubuat Nabi Simeon bahwa suatu pedang akan menembus jiwanya (Luk 2:35) tergenapi di kaki salib Kristus, saat Bunda Maria melihat Yesus Puteranya disiksa sampai wafat di hadapan matanya sendiri. Oleh sebab Bunda Maria adalah ibu yang melahirkan Kristus dan karena itu dibebaskan Allah dari noda dosa, dan sebab Bunda Maria adalah murid Kristus yang pertama menderita bersama-Nya dengan sempurna, maka layaklah bahwa Tuhan Yesus memenuhi janji dalam Rom 8:17 ini dengan mengangkat Bunda Maria secara sempurna, tubuh dan jiwa ke dalam kemuliaan surga, di akhir hidupnya. Sebab dikatakan dalam Kitab Suci bahwa Kristus adalah buah sulung yang bangkit dari mati, dan kemudian diikuti oleh orang- orang lain [yaitu umat beriman] menurut urutannya (lih. 1 Kor 15:23). Sepantasnyalah Maria, sebagai ibu Yesus, menempati urutan kedua setelah Yesus. Bunda Maria menjadi yang pertama dari umat beriman yang ditempatkan di sebelah kanan Allah, sebagaimana yang dijanjikan Tuhan kepada mereka yang beriman dan hidup sesuai dengan imannya (lih. Mat 25:33).
Akhirnya, perlu kita ketahui bahwa Bunda Maria ‘diangkat’ Tuhan ke surga, dan bukan ‘naik’ ke surga. Maria ‘diangkat’, jadi bukan karena kekuatannya sendiri melainkan diangkat oleh kuasa Allah, sedangkan Yesus ‘naik’ ke surga oleh kekuatan-Nya sendiri. Bagi umat Katolik, peristiwa Bunda Maria diangkat ke surga adalah peringatan akan pengharapan akan kebangkitan badan di akhir zaman. Kita sebagai orang beriman, jika hidup setia dan taat kepada Allah sampai akhir, akan mengalami apa yang dijanjikan Tuhan itu: bahwa kita akan diangkat ke surga, tubuh dan jiwa untuk bersatu dengan Dia dalam kemuliaan surgawi. Maka, dogma Maria diangkat ke surga, bukan semata-mata doktrin untuk menghormati Maria, tetapi merupakan perayaan akan pengharapan kita sebagai murid- murid Kristus.
Dasar Kitab Suci
Kej 3:15: Seorang perempuan [Maria] dan keturunannya [Yesus] akan meremukkan kepala ular [Iblis]
1 Raj 2:19: Bunda raja menerima penghormatan dari raja dan ditempatkan di sisi kanan raja
Mzm 45:3-10: Permaisuri berpakaian emas di sisi kanan raja
Why 11:19- 12:1-12: Bunda Maria, Sang Tabut perjanjian dan perempuan yang melahirkan Anak laki- laki [Kristus] yang memimpin dunia.
Rom 5-6:23: Upah dosa adalah maut, tetapi karunia Allah adalah hidup yang kekal. (Maka Maria yang tidak berdosa, tidak mengalami kerusakan akibat maut)
1 Kor 15:21-26: Semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus, tiap- tiap orang menurut urutannya.
1 Kor 15:54: Maut ditelan dalam kemenangan (ini digenapi dalam diri Bunda Maria yang tak berdosa)
Rom 8:17: Mereka yang menderita bersama Yesus akan dimuliakan bersama Dia.
Dasar Tradisi Suci
Pseudo- Melito (300): Oleh karena itu, jika hal itu berada dalam kuasaMu, adalah nampak benar bagi kami pelayan- pelayan-Mu, bahwa seperti Engkau yang telah mengatasi maut, bangkit dengan mulia, maka Engkau seharusnya mengangkat tubuh Bundamu dan membawanya dengan-Mu, dengan suka cita ke dalam surga. Lalu kata Sang Penyelamat [Yesus]: “Jadilah seperti perkataanmu”. (The Passing of the Virgin16:2-17)
Timotius dari Yerusalem (400)
Oleh karena itu Sang Perawan [Maria] tidak mati sampai saat ini, melihat bahwa Ia yang pernah tinggal di dalamnya memindahkannya ke tempat pengangkatannya. (St. Timothy of Jerusalem, Homily on Simeon dan Anna, 400)
Yohanes Sang Theolog (400)
Tuhan berkata kepada Ibu-Nya, “Biarlah hatimu bersuka dan bergembira. Sebab setiap rahmat dan karunia telah diberikan kepadamu dari Bapa-Ku di Surga dan dari-Ku dab dari Roh Kudus. Setiap jiwa yang memanggil namamu tidak akan dipermalukan, tetapi akan menemukan belas kasihan dan ketenangan dan dukungan dan kepercayaan diri, baik di dunia sekarang ini dan di dunia yang akan datang, di dalam kehadiran Bapa-Ku di Surga”… Dan dari saat itu semua mengetahui bahwa tubuh yang tak bercacat dan yang berharga itu telah dipindahkan ke surga (John the Theologian, The Dormition of Mary)
Gregorius dari Tours (575)
Para Rasul mengambil tubuhnya [jenazah Maria] dari peti penyangganya dan menempatkannya di sebuah kubur, dan mereka menjaganya, mengharapkan Tuhan [Yesus] agar datang. Dan lihatlah, Tuhan datang kembali di hadapan mereka; dan setelah menerima tubuh itu, Ia memerintahkan agar tubuh itu diangkat di awan kesurga: di mana sekarang tergabung dengan jiwanya, [Maria] bersukacita dengan para terpilih Tuhan … (Gregory of Tours, Eight Books of Miracles 1:4)
Theoteknos dari Livias (600)
Adalah layak … bahwa tubuh Bunda Maria yang tersuci, tubuh yang melahirkan Tuhan, yang menerima Tuhan, menjadi ilahi, tidak rusak, diterangi oleh rahmat ilahi dankemuliaan yang penuh …. agar hidup di dunia untuk sementara dan diangkat ke surgadengan kemuliaan, dengan jiwanya yang menyenangkan Tuhan (Theoteknos, Homily on the Assumption)
Modestus dari Yerusalem (sebelum 634)
Sebagai Bunda Kristus yang termulia… telah menerima kehidupan dari Dia [Kristus], ia telah menerima kekekalan tubuh yang tidak rusak, bersama dengan Dia yang telah mengangkatnya dari kubur dan mengangkatnya kepada Diri-Nya dengan cara yang hanya diketahui oleh-Nya. (Modestus, Encomium in dormitionnem Sanctissimae Dominae nostrae Deiparae semperque Virginis Mariae)
Germanus dari Konstantinopel (683)
Engkau adalah ia, …. yang nampak dalam kecantikan, dan tubuhmu yang perawan adalah semuanya kudus, murni, keseluruhannya adalah tempat tinggal Allah, sehingga karena itu dibebaskan dari penguraian menjadi debu. Meskipun masih manusia, tubuhmu diubah ke dalam kehidupan surgawi yang tidak dapat musnah, sungguh hidup dan mulia, tidak rusak dan mengambil bagian dalam kehidupan yang sempurna (Germanus, Sermon I).
Yohanes Damaskinus (697)
Adalah layak bahwa ia, yang tetap perawan pada saat melahirkan, tetap menjaga tubuhnya dari kerusakan bahkan setelah kematiannya. Adalah layak bahwa dia, yang telah menggendong Sang Pencipta sebagai anak di dadanya, dapat tinggal di dalam tabernakel ilahi. Adalah layak bahwa mempelai, yang diambil Bapa kepada-Nya, dapat hidup dalam istana ilahi. Adalah layak bahwa ia, yang telah memandang Putera-Nya di salib dan yang telah menerima di dalam hatinya pedang duka cita yang tidak dialaminya pada saat melahirkan-Nya, dapat memandang Dia saat Dia duduk di sisi Bapa. Adalah layak bahwa Bunda Tuhan memiliki apa yang dimiliki oleh Putera-nya, dan bahwa ia layak dihormati oleh setiap mahluk ciptaan sebagai Ibu dan hamba Tuhan (John Damascene,Dormition of Mary)
Gregorian Sacramentary (795)
Terhormat bagi kami, O Tuhan, perayaan hari ini, yang memperingati Bunda Allah yang kudus yang meninggal dunia untuk sementara waktu, namun tetap tidak dapat dijerat oleh maut, yang telah melahirkan Putera-Mu, Tuhan kami yang menjelma dari dirinya. (Gregorian Sacramentary, Veranda, ante 795)
Dasar Magisterium
Paus Pius XII dalam Konstitusi Apostolik Munificentissimus Deus, mengajarkan,
“Oleh karena itu, Bunda Tuhan yang terhormat, dari segala kekekalan digabungkan secara tersembunyi dengan Yesus Kristus …. akhirnya memperoleh sebagai puncak tertinggi dari segala haknya yang istimewa, bahwa ia harus dijaga agar bebas dari kerusakan kubur dan bahwa seperti Puteranya, setelah mengalahkan maut, ia dapat diangkat tubuh dan jiwanya ke dalam kemuliaan surga, di mana sebagai Ratu, ia duduk di dalam kemegahan di sisi kanan Putera-Nya, Raja segala masa yang kekal (lih. 1 Tim 1:17,Munificentissimus Deus, 40)
“…. dengan kuasa dari Tuhan kita Yesus Kristus, [kuasa] dari Rasul Petrus dan Paulus yang terberkati, dan dengan kuasa kami sendiri, kami mengumumkan, menyatakan dan menentukannya sebagai dogma yang ilhami Roh Kudus: bahwa Bunda Maria yang tidak bernoda, Perawan Maria yang tetap perawan, setelah menyelesaikan kehidupannya di dunia, diangkat tubuh dan jiwanya ke dalam kemuliaan surgawi.” (Munificentissimus Deus, 44)
Konsili Vatikan II:
“Akhirnya Perawan tak bernoda, yang tidak pernah terkena oleh segala cemar dosa asal, sesudah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia, telah diangkat melalui kemuliaan di sorga beserta badan dan jiwanya. Ia telah ditinggikan oleh Tuhan sebagai Ratu alam semesta, supaya secara lebih penuh menyerupai Puteranya, Tuan di atas segala tuan (lih. Why 19:16), yang telah mengalahkan dosa dan maut.” (Lumen Gentium 59)
Katekismus Gereja Katolik:
KGK 966 “Akhirnya Perawan tak bernoda, yang tidak pernah terkena oleh segala cemar dosa asal, sesudah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia, telah diangkat memasuki kemuliaan di surga beserta badan dan jiwanya. Ia telah ditinggikan oleh Tuhan sebagai Ratu alam semesta, supaya secara lebih penuh menyerupai Puteranya, Tuan di atas segala tuan, yang telah mengalahkan dosa dan maut” (Lumen Gentium 59, Bdk. Pengumuman dogma mengenai Maria diangkat ke surga oleh Paus Pius XII, 1950: DS 3903). Terangkatnya Perawan tersuci adalah satu keikutsertaan yang istimewa pada kebangkitan Puteranya dan satu antisipasi dari kebangkitan warga-warga Kristen yang lain.
“Pada waktu persalinan engkau tetap mempertahankan keperawananmu, pada waktu meninggal, engkau tidak meninggalkan dunia ini, ya Bunda Allah. Engkau telah kembali ke sumber kehidupan, engkau yang telah menerima Allah yang hidup dan yang akan membebaskan jiwa-jiwa kami dari kematian dengan doa-doamu” (Liturgi Bisantin, pada Pesta Kematian Maria 15 Agustus).
Apa dasar ajaran Gereja Katolik bahwa Bunda Maria diangkat ke surga?
Reviewed by jmw
on
Wednesday, September 04, 2013
Rating:
No comments:
Sopan Santun Anda Sangat Kami Hargai
" Aquila non capit muscas "