Usaha apapun dari manusia, temasuk doa kepada Tuhan, menjadi bermakna atau tidak, amat tergantung pada motivasi yang menggerakkan dan mendorongnya dari dalam. Orang - orang Farisi memang banyak berdoa dan membantu sesamanya namun itu semua dilakukan untuk menyombongkan diri dan malah merendahkan sesamanya. Penggerak dan pendorong dalam dirinya adalah " kesombongan " itu tanpa disadarinya.
Dengan gaya dan semangat angkuh orang Farisi itu menghitung di hadapan Tuhan segala " prestasi " yang telah dihasilkannya, seraya sekaligus merendahkan sesamanya " Aku berpuasa dua kali seminggu, aku akan memberikan sepersepuluh dari penghasilanku, aku tidak sama seperti semua orang lain, aku bukan perampok bukan orang lalim, bukan pezinah, dan juga bukan seperti pemungut cukai itu, aku bersyukur kepada Mu " ( Luk 18:9-14)
Doa orang Farisi itu secara sepintas terasa mirip sekali suatu laporan kepada atasan supaya atasannya dan juga orang - orang lain di sekitarnya memuji dirinya dan prestasinya. Maka ini sebetulnya bukanlah doa yang baik, yang meurut kitab Putra Sirakh " doa yang menembusi awan " yang sampai kehadapan Allah. Bukan ! karena pusat doa seperti itu adalah diri sendiri, bukanlah Allah. Doa yang baik dan benar pendorongnya mestinya Allah sendiri melalui Roh-Nya. " Demikian juga ROH membantu kita dalam kelemahan kita ; sebab kita tahu, bagaiman sebenarnya harus berdoa; tetapi ROH sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan - keluhan yang tidak terucap. ( Rom.8:26 )
Doa si pemungut cukai itu adalah doa yang benar. Doa yang menembusi awan ! dihadapan Allah Bapa yang mahakudus, ia menyadari kesalahnya, bahwa ia telah bayak merugikan sesamanya. Ia tidak mampu berbuat apa - apa lagi, kecuali merasa tidak pantas dan hanya mengandalkan belas kasih Allah. Baginya Allah adalah satu - satunya pribadi yang pasti masih bisa berkenan menerima dan membebaskan dirinya dari kerusakan hidupnya. Dalam kebobrokan itu, ia percaya kepada Tuhan. Dalam kesadaran mendalam itu ia berkata : " ya Allah, kasihanilah aku orang bedosa ini " ( Luk 18:13 ). Doa si pemungut cukai ini sunguh sunguh di puji Yesus. Doanya dan kesadarannya akan dirinya di hadapn Allah itu dimungkinkan dan diajarkan oleh Roh Kudus. Roh-lah yang mengerakan dan mendorongnya ! kaerena itu doa si pemungut cukai menembusi awan, sampai kepada Tuhan
Bagiamana dengan doa doa kita sendiri? apakah mirip doanya si pemungut cukai? Jangan - jangan doa doa kita selama ini terjadi karena ada keharusan sebagai orang Katolik untuk berdoa? karena tradisi memang demikian? karena peratiran Gereja? Bila alasan alasan inilah yang tanpa sadar mendorong kita berdoa selama ini, belum tentu doa - doa ini dapat menembusi awan
Dengan gaya dan semangat angkuh orang Farisi itu menghitung di hadapan Tuhan segala " prestasi " yang telah dihasilkannya, seraya sekaligus merendahkan sesamanya " Aku berpuasa dua kali seminggu, aku akan memberikan sepersepuluh dari penghasilanku, aku tidak sama seperti semua orang lain, aku bukan perampok bukan orang lalim, bukan pezinah, dan juga bukan seperti pemungut cukai itu, aku bersyukur kepada Mu " ( Luk 18:9-14)
Doa orang Farisi itu secara sepintas terasa mirip sekali suatu laporan kepada atasan supaya atasannya dan juga orang - orang lain di sekitarnya memuji dirinya dan prestasinya. Maka ini sebetulnya bukanlah doa yang baik, yang meurut kitab Putra Sirakh " doa yang menembusi awan " yang sampai kehadapan Allah. Bukan ! karena pusat doa seperti itu adalah diri sendiri, bukanlah Allah. Doa yang baik dan benar pendorongnya mestinya Allah sendiri melalui Roh-Nya. " Demikian juga ROH membantu kita dalam kelemahan kita ; sebab kita tahu, bagaiman sebenarnya harus berdoa; tetapi ROH sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan - keluhan yang tidak terucap. ( Rom.8:26 )
Doa si pemungut cukai itu adalah doa yang benar. Doa yang menembusi awan ! dihadapan Allah Bapa yang mahakudus, ia menyadari kesalahnya, bahwa ia telah bayak merugikan sesamanya. Ia tidak mampu berbuat apa - apa lagi, kecuali merasa tidak pantas dan hanya mengandalkan belas kasih Allah. Baginya Allah adalah satu - satunya pribadi yang pasti masih bisa berkenan menerima dan membebaskan dirinya dari kerusakan hidupnya. Dalam kebobrokan itu, ia percaya kepada Tuhan. Dalam kesadaran mendalam itu ia berkata : " ya Allah, kasihanilah aku orang bedosa ini " ( Luk 18:13 ). Doa si pemungut cukai ini sunguh sunguh di puji Yesus. Doanya dan kesadarannya akan dirinya di hadapn Allah itu dimungkinkan dan diajarkan oleh Roh Kudus. Roh-lah yang mengerakan dan mendorongnya ! kaerena itu doa si pemungut cukai menembusi awan, sampai kepada Tuhan
Bagiamana dengan doa doa kita sendiri? apakah mirip doanya si pemungut cukai? Jangan - jangan doa doa kita selama ini terjadi karena ada keharusan sebagai orang Katolik untuk berdoa? karena tradisi memang demikian? karena peratiran Gereja? Bila alasan alasan inilah yang tanpa sadar mendorong kita berdoa selama ini, belum tentu doa - doa ini dapat menembusi awan
Pst. Charles Loyak, OCS
Doaku Menembusi Awan
Reviewed by jmw
on
Sunday, October 27, 2013
Rating:
No comments:
Sopan Santun Anda Sangat Kami Hargai
" Aquila non capit muscas "