DibawahPerlindunganMaria[DPM] - Pada malam Kamis Putih (17/4) Uskup Robert Morlino dari Madison, AS, akan membasuh kaki 12 orang, semuanya adalah seminaris – mengulangi kembali Perjamuan Terakhir ketika Yesus membasuh kaki para murid-Nya.
Malam itu juga Paus Fransiskus akan merayakan Kamis Putih, meskipun tidak di katedral seperti Uskup Morlino tapi di sebuah pusat bagi para penyandang difabel (cacat). Di sana ia akan membasuh kaki sejumlah orang cacat, semuanya orang awam dan mungkin beberapa dari mereka wanita dan bahkan non-Katolik atau ateis.
Paus Fransiskus melakukan hal yang sama tahun lalu, tak lama setelah ia terpilih menjadi pemimpin Gereja Katolik dunia, ketika ia membuat Gereja tertegun dengan mengunjungi pusat tahanan remaja di luar Roma dan membasuh kaki 12 orang muda, dua di antaranya wanita dan dua dari mereka beragama Islam.
Sejumlah umat Katolik yang sedikit berpikir konservatif merasa heran dengan Paus Fransiskus dan mereka menyambut upaya Uskup Morlino untuk menentang inovasi-inovasi, setidaknya di Keuskupan Wisconsin, AS.
“Hukum Gereja mengatakan bahwa hanya laki-laki yang bisa menerima pembasuhan kaki,” tulis Pastor John Zuhlsdorf, seorang blogger populer.
“Pedoman Uskup Morlino” – para imamnya harus membasuh kaki 12 laki-laki atau tidak melakukan pembasuhan kaki sama sekali – “melakukan apa pun kecuali mengulangi hukum Gereja, yang wajib diikuti oleh uskup dan imam.”
Jadi siapa yang benar?
Apakah Paus Fransiskus yang salah? Atau Uskup Morlino dan lain-lain yang benar?
Tidak ada jawaban sederhana untuk pertanyaan-pertanyaan itu, meskipun pengaruh sejarah dan tradisi – belum lagi wewenang – tampaknya berada di sisi Bapa Suci.
Ajaran Kristen tentang ritual pembasuhan kaki dimulai pada abad ke-6. Keyika Peter Jeffrey menulis dalam bukunya tahun 1985, “A News Commandment: Toward a Renewed Rite for the Washing of Feet,” umumnya ada dua bentuk: “Mandatum Pauperam,” atau membasuh kaki orang miskin, dan “Mandatum Fratrum,” atau membasuh kaki “saudara.”
Bagian dari liturgi Kamis Putih, paus dan klerus secara rutin membasuh kaki orang miskin sebagai tanda pelayanan dan kerendahan hati.
Di biara, juga, “wanita membasuh kaki dan kaki mereka dibasuh,” dan mereka membasuh kaki para tamu dan anak-anak, kata Rita Ferrone, penulis beberapa buku tentang liturgi dan konsultan untuk keuskupan AS mengenai hal-hal liturgis.
“Pembasuhan kaki memang memiliki tradisi panjang,” kata Ferrone, “dan hal itu tidak mengecualikan perempuan sampai tahun 1955.”
Saat itulah Paus Pius XII menyederhanakan upacara Pekan Suci, sebuah reformasi yang mencakup upacara pembasuhan kaki pada Misa Kamis Putih sebelum mengenang penyaliban Yesus pada Jumat Agung.
Masalahnya adalah bahwa saat itu, perempuan Katolik tidak diizinkan masuk ke ruang terbatas dekat altar dan tidak seperti saat ini, mereka tidak bisa ikut setiap bagian dalam Misa. Jadi peraturan adalah 12 pria yang dipilih – “Viri selecti” (bahasa Latin) untuk dibasuh kaki mereka oleh imam atau uskup.
Meskipun ada perubahan upacara pembasuhan kaki tapi juga dilihat sebagai pengulangan dari bagian Perjamuan Terakhir.
“Tradisi itu tidak untuk melakukan dramatisasi apa yang Yesus lakukan pada Perjamuan Terakhir tapi menjawabi perintah untuk menjadi pelayanan yang rendah hati,” kata Ferrone.
Sementara Konsili Vatikan II tahun 1960-an membuat berbagai reformasi, termasuk liturgi, aturan tentang pembasuhan kaki hanya untuk laki-laki tidak pernah dibahas.
Namun, tahun 1970, dalam upaya untuk mencerminkan keterbukaan Gereja, uskup dan imam di banyak keuskupan mengabaikan peraturan lama dan mulai membasuh kaki orang awam, termasuk perempuan. Kadang-kadang berjumlah 12 orang, kadang-kadang lebih.
Memang, ada sebuah foto Paus Fransiskus, ketika ia menjadi Uskup Agung Buenos Aires, membasuh kaki wanita bersama bayi, beberapa di antaranya menyusui.
Saat ini, Konferensi Waligereja AS mengakui surat hukum, tetapi menekankan bahwa ritual ini bertujuan untuk menandakan sikap karitatif dan “pelayanan yang rendah hati”.
Mengacu pada pembasuhan kaki 12 orang (jumlah para murid) dan mencatat bahwa “hal itu telah menjadi kebiasaan di banyak tempat untuk mengundang pria dan wanita untuk menjadi peserta dalam ritual ini sebagai perwujudan pelayanan yang harus diberikan oleh semua umat kepada Gereja dan dunia.”
Jadi dalam hal ini, pembasuhan kaki adalah kembali ke tradisi yang lebih kuno, dan sangat sejalan dengan apa yang dilakukan oleh Paus Fransiskus.(uca news)
Mengapa sejumlah umat Katolik tidak suka Paus Fransiskus membasuh kaki?
Reviewed by jmw
on
Sunday, April 20, 2014
Rating:
No comments:
Sopan Santun Anda Sangat Kami Hargai
" Aquila non capit muscas "