Thad Hinunangan kehilangan rumahnya, teman-teman, dan banyak tetangganya akibat Topan Haiyan, tapi bencana itu tidak bisa menghentikannya untuk merasakan sukacita Natal selama “Misa de Gallo (Misa jago)” pada Senin.
“Dengan menghadiri Misa itu akan menunjukkan kepada dunia bahwa iman kami lebih kuat dari badai, dan membuktikan bahwa warga Warays masih tangguh,” kata Hinunangan kepada ucanews.com.
Warays adalah penduduk asli Provinsi Samar dan Propinsi Leyte yang parah terkena Topan Haiyan pada 8 November.
Misa de Gallo, yang telah menjadi tradisi di Filipina sejak kedatangan penjajah Spanyol 400 tahun lalu, adalah sembilan hari Misa Jago dari 16 Desember sampai Malam Natal.
Perayaan ini diadakan pada subuh pukul 03:00 di beberapa provinsi. Paus Sixtus V memerintahkan agar Misa itu diadakan sebelum matahari terbit karena itu adalah musim panen di Filipina, dan petani harus berada di ladang segera setelah perayaan itu.
Warga Filipina percaya bahwa jika seseorang melengkapi semua sembilan hari Misa de Gallo, hal itu akan membawa banyak berkat.
Selama perayaan sembilan hari itu warga Filipina menghiasi rumah mereka dengan lentera berbentuk bintang yang disebut “parol,” yang dipercaya dapat membantu umat sebelum listrik ditemukan, menerangi jalan mereka menuju gereja di pagi hari.
Setelah Misa, keluarga Filipina berbagi kue beras, kue-kue, dan makanan lezat lainnya dan minum cokelat hangat.
Hinunangan mengatakan akibat bencana itu, ribuan orang telah menjadi tunawisma dan sebagian besar kota masih gelap, telah membuat tahun ini Misa de Gallo “lebih bermakna.”
“Ini lebih cocok untuk merayakan Natal selama masa krisis bahwa Sang Penyelamat lahir untuk kita untuk menyelamatkan kita,” kata Pastor Amadeo Alvero, juru bicara Keuskupan Agung Palo.
Luis Antonio Kardinal Tagle menjelaskan Misa de Gallo sebagai “sumber dari santapan rohani bagi umat beriman.” Namun, ia mendesak para imam dalam surat edaran baru-baru ini untuk merayakan Misa dengan “pelayanan pastoral untuk kepentingan spiritual umat beriman.”
Meskipun jam malam berakhir pukul 05.00 pagi di banyak bagian Samar dan Leyte, Pastor Alvero mengatakan, Gereja akan terus mengadakan Misa de Gallo di paroki-paroki pada pukul 04:00.
“Pihak berwenang akan memahami jadwal kami karena ini adalah tradisi,” kata imam itu.
Kepala Inspektur Kepolisian Henry Losañes mengatakan ia akan membahas “persiapan keamanan” dengan para pemimpin Gereja. “Kami akan menyesuaikan jam malam sehingga umat dapat menghadiri Misa,” katanya.
Di Tacloban, lentera dan pohon Natal sedang disiapkan di tengah reruntuhan, sementara tentara terlibat membersihkan seluruh provinsi itu, sambil memutarkan lagu-lagu Natal melalui sound system portable.
“Kami mencoba untuk memainkan lagu-lagu Natal untuk membantu mengangkat semangat mereka,” kata Brigadir Jenderal Jet Velarmino, kepala Satgas Yolanda, yang membantu dalam upaya bantuan dan rehabilitasi di Provinsi Leyte.
Administrator kota Tacloban John Tecson Lim mengatakan pemerintah merencanakan Natal “yang bermakna” untuk rakyat. “Ini yang penting, namun kami harus terus bertahan, untuk memiliki harapan dan bekerja sama,” katanya.
Jumlah korban tewas secara resmi akibat Topan Haiyan melebihi 6.000, demikian Pengurangan Risiko Bencana Nasional dan Dewan Manajemen.
Jumlah yang sedera 27.022 orang dan 1.779 masih hilang.
Dalam laporan terbaru, kata badan itu, Haiyan berdampak pada sekitar 16 juta orang di 12.122 desa, yang kehilangan tempat tinggal sekitar 3,9 juta orang, 101.646 dari mereka masih tinggal di 383 pusat evakuasi.(ucanews)
Korban Topan Haiyan merasakan sukacita Natal di tengah kehancuran
Reviewed by jmw
on
Monday, December 16, 2013
Rating:
No comments:
Sopan Santun Anda Sangat Kami Hargai
" Aquila non capit muscas "