OASE KEHIDUPAN: 18 Juli 2015
“Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan.Nya” ( Mat 12:14-21 ) Kita sering kehilangan harapan. Menjadi orang yang terkulai tak berdaya. Entah sakit, gagal dalam usaha, merosotnya kehidupan ekonomi karena salah urus, masalah perjuadian, dukacita karena perang, kecelakaan atau bencana.
Kita membutuhkan seseorang yang mau mendengarkan, terlibat dalam ketidak berdayaan kita. Di tengah persaingan hidup yang ketat, kita bisa saja menjadi orang asing di tengah keluarga, sahabat dan kenalan.
Namun, kondisi tidak berdaya itu tidak pernah akan memisahkan kita dari belaskasih Tuhan. Kita adalah citra-nya, Sekalipun kita jatuh tak berdaya karena tidak setia. Ia tetap setia. Belaskasih-Nya tidak pernah surut. Ia tidak akan memadamkan sumbuh yang pudar nyalanya. Begitu pula Ia tidak akan pernah memutuskan buluh yang patah terkulai. Ia setia memulihkan, menyembuhkan kita.
Tetapi agar kita benar-benar pulih ia menuntut jawaban dari pihak kita. Kita mesti menanggapi tawaran belaskasih Allah yang tanpa batas itu dengan iman dan sikap tobat. Ia menolong kita karena belaskasih-Nya. Namun kita juga mesti berusaha untuk menolong diri kita sendiri dengan iman dan usaha tobat. Tobat berarti berbalik kepada Dia, mendengarkan dan melaksanakan firman-Nya yang menguatkan dan menyembuhkan kita kembali menjadi citra-Nya yang bersinar.
Ketika kita bertobat dan percaya kepada-Nya, citra Allah dalam diri kita semakin bersinar terang. Kita menjadi pribadi yang kuat menghadapi pelbagai godaan dan tantangan yang mengaburkan citra Allah dalam diri kita. Dalam pengalaman macam apa anda dan keluargamu menjadi terkulai tak berdaya? Bagaimana caranya anda dan keluargamu menemukan kekuatan baru dan menjadi citra Allah yang semakin bersinar, tahan banting di tengah pengalaman hidup tak berdaya? Selamat pagi. Tuhan memberkati***(Antonius Prakum Keraf)
OASE KEHIDUPAN: 18 Juli 2015
Reviewed by jmw
on
Friday, July 17, 2015
Rating:
No comments:
Sopan Santun Anda Sangat Kami Hargai
" Aquila non capit muscas "