Daftar Nama Santo Santa Bulan Februari Beserta Penjelasannya


Daftar Nama Santo Santa Bulan Februari Beserta Penjelasannya

1 Februari S. Brigita dari Irlandia

Hanya beberapa tahun sesudah kedatangan St Patrick di Irlandia, seorang bayi mungil dilahirkan dan dinamai Brigita. Ayahnya seorang bangsawan Irlandia bernama Dubthac dan ibunya bernama Brocca. Semakin kanak-kanak ini bertambah besar, semakin besar pula kasihnya kepada Yesus. Ia mencari Yesus dalam diri orang-orang miskin dan seringkali membawakan makanan dan pakaian bagi mereka. Konon suatu hari ia membagi-bagikan segentong penuh susu. Lalu, ia mulai cemas akan apa yang akan dikatakan ibunya. Ia berdoa kepada Tuhan untuk mengganti apa yang telah dibagi-bagikannya. Ketika tiba di rumah, gentong telah penuh kembali dengan susu!

Brigita seorang gadis yang cantik jelita. Ayahnya beranggapan bahwa sudah tiba waktunya bagi Brigita untuk menikah. Akan tetapi, Brigita telah berbulat hati untuk mempersembahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Ia tak hendak menikah dengan siapapun. Ketika mengetahui bahwa para pemuda tertarik kepadanya sebab kecantikannya, ia memanjatkan suatu permohonan yang aneh kepada Tuhan. Ia mohon agar kecantikan wajahnya diambil darinya. Tuhan mengabulkan permohonannya. Melihat bahwa puterinya tak lagi cantik, dengan rela hati ayahnya menyetujui ketika Brigita minta diijinkan menjadi seorang biarawati.

Sang gadis mengikuti panggilan hidup religiusnya. Ia bahkan memulai suatu biara agar para gadis yang lain dapat menjadi biarawati juga. Setelah ia mengkonsekrasikan hidupnya kepada Tuhan dalam biara, suatu mukjizat terjadi. Brigita menjadi cantik kembali! Ia mengingatkan orang akan Santa Perawan sebab ia begitu lemah lembut dan baik hati. Sebagian orang menyebutnya “Maria dari Irlandia”. St Brigita wafat pada tahun 525.

Orang kudus kita ini begitu rindu mempersembahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Adakah suatu ruang dalam hidupmu yang engkau sembunyikan dari Tuhan? Bagaimanakah jika engkau mempersembahkannya kepada Tuhan?  



3 Februari S. Blasius

St. Blasius hidup pada abad keempat. Sebagian mengatakan bahwa ia berasal dari sebuah keluarga kaya dan menerima pendidikan Kristiani. Semasa remaja, Blasius memikirkan tentang segala permasalahan serta penderitaan yang terjadi pada masa itu. Ia mulai menyadari bahwa hanya sukacita rohani saja yang dapat membuat seseorang merasakan kebahagiaan sejati. Blasius menjadi imam dan kemudian diangkat menjadi Uskup Sebaste di Armenia yang sekarang adalah Turki. Dengan segenap hati, Blasius bekerja keras untuk menghantar umatnya menjadi kudus dan bahagia. Ia berdoa dan berkhotbah; ia berusaha menolong semua orang.

Ketika Gubernur Licinius mulai menganiaya umat Kristiani, St. Blasius ditangkap. Ia dibawa untuk dijebloskan ke dalam penjara dan dihukum penggal. Dalam perjalanan, umat berkumpul di sepanjang jalan untuk melihat uskup mereka yang terkasih untuk terakhir kalinya. Blasius memberkati mereka semuanya, bahkan juga orang-orang kafir. Seorang ibu yang malang bergegas datang kepadanya. Ia memohon Blasius agar menyelamatkan anaknya yang hampir tewas tercekik duri ikan yang tertelan di tenggorokannya. Orang kudus itu membisikkan doa dan memberkati sang anak. Mukjizat terjadi, sehingga nyawa anak itu dapat diselamatkan. Oleh karena itulah St. Blasius dimohon bantuan doanya oleh semua orang yang menderita penyakit tenggorokan.

Pada hari pestanya, tenggorokan kita diberkati. Kita mohon bantuannya untuk melindungi kita dari segala macam penyakit tenggorokan.

Dalam penjara, uskup yang kudus ini mempertobatkan banyak orang kafir. Tidak ada siksaan yang dapat membuatnya mengingkari imannya kepada Yesus. St. Blasius dihukum penggal kepalanya pada tahun 316. Sekarang ia ada bersama Yesus untuk selama-lamanya.

Masing-masing dari kita merasakan adanya kebutuhan untuk disembuhkan dalam bidang-bidang tertentu dalam hidup kita. Pada hari ini, undanglah Tuhan untuk masuk ke dalam ruang-ruang tersebut dan nikmatilah penghiburan atas kehadiran-Nya.


4 Februari S. Katarina dari Ricci

Alexandrina dilahirkan pada tahun 1522 dalam keluarga Ricci di Florence, Italia. Pada usia tigabelas tahun, Alexandria masuk biara Dominikan. Sebagai biarawati, ia memilih nama Katarina. Bahkan sejak masih kecil, Katarina memiliki cinta yang mendalam terhadap sengsara Yesus Kristus. Ia seringkali merenungkan sengsara Kristus. Yesus menganugerahinya hak amat istimewa untuk menerima Tanda-tanda Luka-Nya (= Stigmata) di tubuhnya. Dengan gembira Katarina menanggung segala rasa sakit yang timbul oleh karena luka-luka tersebut.

Katarina juga merasakan belas kasihan yang mendalam bagi jiwa-jiwa menderita di api penyucian. Ia memahami betapa mereka rindu untuk berada bersama Tuhan di surga. Ia memahami juga, bahwa masa tinggal di api penyucian ini seakan-akan berlangsung terus-menerus tanpa akhir. St. Katarina berdoa serta melakukan silih bagi mereka. Suatu kali Tuhan mengijinkannya mengetahui bahwa jiwa seseorang tertentu berada di api penyucian. Demikian besar kasihnya sehingga Katarina menawarkan diri untuk menggantikan penderitaan jiwa tersebut. Tuhan mendengar doanya dan Katarina mengalami penderitaan yang amat hebat empatpuluh hari lamanya. Setelah menderita sakit yang demikian lama serta menyakitkan, St. Katarina wafat pada usia enampuluh delapan tahun pada tanggal 2 Februari 1590. Ia dinyatakan kudus pada tahun 1747 oleh Paus Klemens XII.

Bagaimana aku menunjukkan kasihku dengan membantu menanggung beban sesama?


4 Februari S. Jane Valois

St. Jane adalah puteri Raja Louis XI dari Perancis. Ia dilahirkan pada tahun 1464. Karena raja menginginkan seorang putera, ia amat kecewa ketika Jane yang lahir. Raja bahkan tidak menghendaki puteri kecilnya itu tinggal di istana karena Jane dilahirkan cacat. Ketika puteri raja baru berusia lima tahun, ia dikirim untuk tinggal bersama orang lain. Meskipun ia diperlakukan demikian oleh ayah kandungnya, Jane adalah seorang puteri yang baik hati serta lemah lembut kepada semua orang. Ia yakin betul bahwa Yesus dan Bunda Maria mengasihinya. Jane juga yakin bahwa Tuhan akan mempergunakannya sebagai alat-Nya untuk melakukan kebajikan demi nama-Nya. Dan memang betul demikian.

Ketika Jane tumbuh dewasa, ia memutuskan untuk tidak menikah. Ia telah mempersembahkan dirinya kepada Yesus dan Bunda Maria. Tetapi ayahnya tidak menghiraukan pilihan hidupnya. Ayahnya memaksa Jane untuk menikah dengan Pangeran Orleans. Jane menjadi seorang isteri yang baik selama duapuluh dua tahun. Namun demikian, sesudah suaminya menjadi raja, suaminya itu mengirim Jane untuk tinggal seorang diri di sebuah kota yang jauh. Hal tersebut tidak menjadikan ratu bersedih dan marah. Malahan, ia bersorak: “Terpujilah Tuhan! Ia telah mengijinkan hal ini terjadi agar aku dapat melayani-Nya lebih baik daripada yang telah kulakukan selama ini.”

Jane menghabiskan waktunya dalam doa. Ia melakukan matiraga dan melaksanakan tindakan belas kasihan. Ia memberikan seluruh uangnya kepada kaum miskin. Ia bahkan juga membentuk suatu ordo para biarawati yang disebut Suster-suster dari Kabar Sukacita Santa Perawan Maria. Jane menghabiskan sisa hidupnya dengan penuh sukacita dalam Yesus dan Bunda-Nya. Ia  wafat pada tahun 1505. St. Jane dinyatakan kudus oleh Paus Pius XII pada tahun 1950.

Marilah berdoa memohon rahmat untuk melihat penderitaan sebagai suatu kesempatan untuk memperteguh iman kita kepada Kristus, dan semoga kita menanggapi setiap penderitaan dengan memberinya arti bagi kehidupan kekal.


 5 Februari S. Agatha

Seorang gadis Kristen nan cantik bernama Agatha hidup di Sisilia pada abad ketiga. Gubernur mendengar kabar tentang kecantikan Agatha dan menyuruh orang untuk membawa gadis itu ke istananya. Ia menghendaki Agatha melakukan dosa melanggar kesuciannya, tetapi Agatha seorang gadis pemberani dan pantang menyerah. “Yesus Kristus, Tuhanku,” ia berdoa, “Engkau melihat hatiku dan Engkau mengetahui kerinduanku. Hanya Engkau saja yang boleh memilikiku, oleh sebab aku sepenuhnya adalah milik-Mu. Selamatkanlah aku dari orang jahat ini. Bantulah aku agar layak untuk menang atas kejahatan.”

Gubernur mencoba mengirim Agatha ke rumah seorang wanita pendosa. Mungkin saja gadis ini akan menjadi jahat pula. Tetapi Agatha menaruh kepercayaan yang besar kepada Tuhan dan berdoa sepanjang waktu. Ia menjaga kesucian dirinya. Ia tidak mau mendengarkan nasehat-nasehat jahat wanita dan anak-anak perempuannya itu. Setelah sebulan berlalu, Agatha dibawa kembali kepada gubernur. Sekali lagi gubernur berusaha membujuknya. “Engkau seorang wanita terhormat,” katanya dengan lembut. “Mengapa engkau merendahkan dirimu sendiri dengan menjadi seorang Kristen?” “Meskipun aku seorang terhormat,” jawab Agatha, “aku ini seorang hamba di hadapan Yesus Kristus.” “Jika demikian, apa sesungguhnya arti dari menjadi terhormat?” tanya gubernur. Agatha menjawab, “Artinya, melayani Tuhan.”

Ketika gubernur tahu bahwa Agatha tidak akan mau berbuat dosa, ia menjadi sangat marah. Ia menyuruh orang mencambuk serta menyiksa Agatha. Sementara ia dibawa kembali ke penjara, Agatha berbisik, “Tuhan Allah, Penciptaku, Engkau telah melindungi aku sejak masa kecilku. Engkau telah menjauhkan aku dari cinta duniawi dan memberiku ketabahan untuk menderita. Sekarang, terimalah jiwaku.” Agatha wafat sebagai martir di Catania, Sisilia, pada tahun 250.

“Dengan teladannya ia mengajar kita untuk bergegas menuju kebenaran sejati, yaitu Allah saja.” ~ St. Metodius
 6 Februari S. Paulus Miki dan para martir Nagasaki

Keduapuluh enam martir ini kadang-kadang disebut juga para martir Nagasaki atau para martir Jepang. St. Fransiskus Xaverius mewartakan Kabar Gembira ke Jepang pada tahun 1549. Banyak orang menerima Sabda Tuhan dan dibaptis oleh St. Fransiskus sendiri. Meskipun Fransiskus kemudian melanjutkan perjalanannya dan pada akhirnya wafat dekat pantai Cina, iman Kristiani tumbuh di Jepang. Pada tahun 1587 terdapat lebih dari duaratus ribu orang Katolik di sana. Para misionaris dari berbagai ordo religius juga ada di sana. Para imam Jepang, biarawan-biarawati serta umat awam hidup dalam iman dengan penuh sukacita.

Pada tahun 1597, limapuluh lima tahun setelah kedatangan St. Fransiskus Xaverius, seorang penguasa Jepang yang amat berpengaruh, Hideyoshi, mendengar hasutan seorang pedagang Spanyol. Pedagang itu membisikkan bahwa para misionaris adalah pengkhianat bangsa Jepang. Ia menambahkan bahwa para pengkhianat itu akan mengakibatkan Jepang dikuasai oleh Spanyol dan Portugis. Hasutan itu tidak benar dan tidak masuk akal. Tetapi, Hideyoshi menanggapinya dengan berlebihan, sehingga keduapuluh enam orang itu ditangkap. Kelompok tersebut terdiri dari enam orang biarawan Fransiskan dari Spanyol, Meksiko dan India; tiga orang katekis Yesuit Jepang, termasuk St. Paulus Miki; dan tujuhbelas Katolik awam Jepang, termasuk anak-anak.

Keduapuluh enam orang itu dibawa ke tempat pelaksanaan hukuman mati di luar kota Nagasaki. Mereka diikatkan pada salib masing-masing dengan rantai dan tali dan belenggu besi dipasang disekeliling leher mereka. Masing-masing salib kemudian dikerek dan kaki salib ditancapkan ke sebuah lubang yang telah digali. Tombak ditikamkan kepada masing-masing korban. Mereka wafat pada saat yang hampir bersamaan. Pakaian-pakaian mereka yang ternoda oleh darah disimpan sebagai reliqui yang berharga oleh komunitas Kristiani dan mukjizat-mukjizat terjadi melalui bantuan doa mereka.

Setiap martir adalah suatu persembahan bagi Gereja. St. Paulus Miki, seorang katekis Yesuit, adalah seorang pengkhotbah yang ulung. Khotbah terakhirnya yang gagah berani disampaikannya dari atas salib sementara ia memberi semangat umat Kristiani lainnya agar tetap setia sampai mati. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 5 Februari 1597. St. Paulus Miki dan kawan-kawannya dinyatakan kudus pada tahun 1862 oleh Paus Gregorius XVI.

Luangkan sedikit waktu pada hari ini untuk berdoa bagi umat Krisitiani di seluruh dunia yang mengalami penganiayaan.


 7 Februari S. Koleta

Dilahirkan pada tahun 1380, bayi perempuan itu diberi nama Nikoleta untuk menghormati St. Nikolaus dari Myra. Orangtuanya yang penuh kasih sayang memanggilnya Koleta sejak ia masih bayi. Ayah Koleta adalah seorang tukang kayu di sebuah biara di Picardy. Koleta seorang gadis yang pendiam dan rajin bekerja. Ia memberikan banyak bantuan kepada ibunya dalam melakukan pekerjaan rumah tangga. orangtuanya memperhatikan bahwa puteri mereka senang berdoa, ia juga seorang yang peka serta penuh belas kasihan.

Ketika Koleta berusia tujuhbelas tahun, kedua orangtuanya meninggal dunia. Gadis itu kemudian diserahkan di bawah asuhan pemimpin biara di mana ayahnya dulu bekerja. Koleta meminta dan mendapatkan sebuah gubug kecil yang dibangun di samping gereja biara. Koleta tinggal di sana. Ia menghabiskan waktunya dengan berdoa dan melakukan silih bagi Gereja Kristus. Semakin lama semakin banyak orang mengetahui perihal gadis kudus ini. Mereka datang kepadanya untuk meminta nasehatnya dalam masalah-masalah penting. Mereka tahu bahwa Koleta seorang yang bijaksana oleh sebab hidupnya dekat dengan Tuhan. Koleta menerima semua orang dengan kelemahlembutan. Di akhir kunjungan, ia akan berdoa agar para tamunya menemukan kedamaian hati.

Koleta adalah anggota Ordo Ketiga St. Fransiskus. Ia tahu bahwa ordo religius bagi para wanita yang mengikuti cara hidup St. Fransiskus adalah Ordo Santa Klara. Ordo tersebut diberi nama sesuai dengan pendiri ordo mereka, St. Klara, yang adalah pengikut St. Fransiskus. Pada masa Koleta hidup, Ordo Santa Klara perlu kembali ke tujuan awal ordo mereka. St. Fransiskus dari Asisi menampakkan diri kepada Koleta serta memintanya untuk mengadakan pembaharuan dalam Ordo St. Klara. Tentu saja Koleta amat terkejut dan takut oleh sebab tugas yang demikian berat itu. Tetapi, ia percaya akan belas kasih Tuhan. Koleta pergi mengunjungi biara-biara St. Klara. Ia membantu para biarawati Klaris untuk hidup lebih sederhana dan meluangkan lebih banyak waktu untuk berdoa. Ordo St. Klara memperoleh semangat dari cara hidup St. Koleta.

St. Koleta memiliki devosi yang mendalam kepada Yesus dalam Ekaristi. Ia juga seringkali mengadakan waktu untuk merenungkan sengsara serta wafat Kristus. Ia amat mencintai Yesus dan panggilan religiusnya.

Koleta tahu dengan pasti kapan dan di mana ia akan meninggal. Ia wafat di salah satu biaranya di Ghent, Flanders, pada tahun 1447 dalam usia enampuluh tujuh tahun. Koleta dinyatakan kudus pada tahun 1807 oleh Paus Pius VI.

St. Koleta memperoleh karunia kebijaksanaan dalam mendengarkan serta membimbing sesamanya. Adakah aku memiliki suatu kebijaksanaan yang dapat aku bagikan kepada sesama?


 7 Februari B. Giles Maria

Nama lengkapnya sebagai seorang religius adalah Broeder Giles Maria dari St Yosef. Broeder Giles Maria dilahirkan dekat Taranto, Italia, pada tahun 1729. Semasa kanak-kanak, ia belajar membuat tali tampar dan cakap dalam usahanya.

Ketika usianya duapuluh lima tahun, Giles menyadari panggilan Tuhan untuk masuk dalam suatu ordo religius dan mempersembahkan hidup kepada Tuhan. Giles menggabungkan diri dalam Rahib-rahib St Petrus Alcantara di Naples. Dan hal luar biasa apakah yang ia lakukan hingga dimaklumkan “beato”? Ia pantas mendapatkan kehormatan yang demikian karena dua keutaman yang membimbingnya sepanjang kehidupan religiusnya. Keutamaan-keutamaan itu adalah kesahajaan dan kerendahan hati.

Broeder Giles Maria berupaya menyongsong setiap hari yang baru dengan kerinduan untuk melayani Tuhan. Ia amat bersyukur atas panggilannya dan hal itu diungkapkannya dalam hidup sehari-hari. Broeder Giles naik turun ruangan-ruangan dan menyusuri lorong-lorong biara di mana ia tinggal. Ia adalah seorang penjaga pintu. Ia membuka pintu dengan segera dan dengan senyum ramah setiap kali tamu menarik tali untuk membunyikan lonceng biara. Dengan lembut ia memberikan perhatian kepada kaum miskin, kaum tuna wisma, dan mereka yang sakit yang datang di depan pintunya. Ia diserahi tanggung jawab membagi-bagikan makanan dan derma yang berhasil dihimpun oleh komunitas. Broeder Giles Maria senang hati melakukannya. Tak peduli berapa banyak yang ia berikan kepada mereka yang membutuhkan, masih tetap banyak saja yang tersisa bagi yang lain. Ia tahu St Yosef yang melakukan ini. Bagaimanapun, bukankah St Yosef yang dulu memelihara dan menopang hidup Yesus dan Maria. Boreder Giles Maria menyebarluaskan devosi kepada St Yosef sepanjang hidup religiusnya. Setelah melewatkan hidup yang setia kepada Tuhan dan panggilan hidup yang dipilihnya, Broeder Giles Maria dari St Yosef wafat pada tanggal 7 Februari 1812. Ia dimaklumkan “beato” oleh Paus Pius IX pada tahun 1888.

Bagaimanakah hidupku mencerminkan semangat kemurahan hati dan kepercayaan akan penyelenggaraan Tuhan atasku?


8 Februari S. Hieronimus Emiliani

Hieronimus dilahirkan pada tahun 1486, putra suatu keluarga bangsawan di Venice, Italia. Ia adalah seorang prajurit yang gagah dan dipercaya untuk memegang komando di sebuah benteng di pegunungan. Ketika sedang mempertahankan benteng ini dari serangan prajurit Maximilian I, ia ditawan musuh dan dijebloskan ke dalam penjara bawah tanah. Terbelenggu dalam penjara yang mengerikan itu, ia mulai menyesali cara hidup serampangan yang telah dilaluinya. Ia menyesal bahwa ia nyaris tak pernah memikirkan Tuhan. Ia menyesal telah menyia-nyiakan beberapa tahun dalam hidup amoral. Hieronimus berjanji kepada Bunda Maria bahwa ia akan mengubah cara hidupnya jika Santa Perawan bersedia menolongnya. Doa-doanya dijawab dan Hieronimus berhasil meloloskan diri. Konon, dengan hati penuh syukur, Hieronimus langsung menuju ke sebuah gereja. Ia menggantungkan rantai-rantai yang membelenggunya di depan altar Maria.

Orang muda itu pada akhirnya menjadi seorang imam. Ia membaktikan diri pada karya-karya belas kasih. Perhatian utamanya diberikan kepada banyak anak yatim piatu yang tidak mempunyai rumah, yang ia temukan di jalanan. Ia menyewa sebuah rumah bagi mereka, dan memberi mereka makanan dan pakaian. Ia mengajar mereka dalam kebenaran iman. St Hieronimus membentuk sebuah kongregasi religius untuk kaum laki-laki yang dinamakan Serikat Pelayan-pelayan Kaum Miskin. Mereka mengabdikan diri demi kepentingan orang-orang miskin dan malang, teristimewa anak-anak yatim piatu, dan mengajar kaum muda. St Hieronimus melakukan segala yang dapat dilakukannya bagi para petani juga. Ia bekerja bersama para petani di ladang. St Hieronimus biasa berbicara kepada mereka tentang kebajikan Tuhan sementara ia bekerja bersama petani-petani itu. St Hieronimus wafat ketika ia merawat para korban wabah penyakit pada tahun 1537. Ia dinyatakan kudus oleh Paus Benediktus XIV pada tahun 1767.

St Hieronimus Emiliani adalah anugerah bagi orang banyak pada jamannya dan bagi segenap Gereja. Dengan mengubah hidupnya secara total, ia menjadi gambaran kasih Allah. Ia memberikan pengharapan kepada mereka yang miskin dan diabaikan. Pada tahun 1928, Paus Pius XI memaklumkannya sebagai santo pelindung anak-anak yatim piatu dan anak-anak tunawisma.

St Hieronimus sungguh adalah gambaran kasih Allah. Bagaimanakah kita dapat menjadi saksi kasih Allah?


9 Februari S. Apolonia dan para martir Alexandria

Seorang perawan kudus, Apolonia, hidup di Alexandria, Mesir, pada abad ketiga. Umat Kristiani mengalami penganiayaan yang hebat di sana, dalam masa pemerintahan Kaisar Philip. Apolonia telah mempergunakan seluruh hidupnya untuk melayani Tuhan. Sekarang, walaupun sudah tidak muda lagi, ia tidak juga hendak beristirahat. Dengan berani ia mempertaruhkan nyawanya untuk menghibur umat Kristiani yang menderita di penjara. “Ingatlah, bahwa pencobaanmu tidak akan berlangsung lama,” demikian ia akan berkata. “Tetapi sukacita surgawi akan berlangsung selama-lamanya.” Hanya tinggal menunggu waktu saja sebelum akhirnya Apolonia sendiri juga ditangkap. Ketika hakim menanyakan namanya, dengan tegas Apolonia menjawab, “Saya seorang Kristen dan saya mengasihi serta melayani Tuhan yang benar.” Rakyat yang marah menyiksa Apolonia, mereka berusaha memaksanya untuk mengingkari imannya. Pertama-tama, semua giginya dihantam dan kemudian dirontokkan. Sungguh sangat aneh, itulah sebabnya mengapa orang seringkali mohon bantuan doa St Apolonia ketika mereka menderita sakit gigi. Namun demikian, siksaan yang amat menyakitkan itu tidak mampu menggoncangkan imannya. Apolonia kemudian diancam, jika ia tidak mengingkari Yesus, ia akan dicampakkan ke dalam api yang berkobar-kobar. Apolonia tidak membiarkan rasa takut menguasai dirinya. Ia lebih memilih mati dalam kobaran api daripada mengingkari imannya kepada Yesus. Ketika orang-orang kafir melihat betapa gagah beraninya Apolonia, banyak diantara mereka yang bertobat. Apolonia wafat sekitar tahun 249.

Pada hari ini kita dapat memohon rahmat agar kuat dalam menanggung segala penderitaan tanpa mengeluh.

12 Februari S. Meletius

Pada abad keempat, Meletius dipanggil untuk menggembalakan Gereja. Penganiayaan Romawi telah usai dan Konstantinus telah mengakui kekristenan sebagai agama yng sah pada tahun 315. Jadi, apakah yang membuat pelayanan Meletius begitu sulit? Awan badai berkumpul dalam Gereja. Sebagian menganggap diri Katolik, sebagian Arian. Bidaah Arian menyangkal bahwa Yesus adalah Tuhan. Sebagian orang mempercayai kesesatan ini sebab hal-hal tidak begitu jelas bagi mereka pada waktu itu.

Uskup Meletius mencintai Gereja dan setia kepada Yesus. Ia percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan sadar bahwa Gereja harus berbicara jelas mengenai siapa Yesus. Meletius ditahbiskan menjadi Uskup Antiokhia pada tahun 361. Kaum Arian menjadi berang. Selama duapuluh tahun berikutnya, Meletius adalah seorang uskup yang sabar dan penuh kasih. Tetapi hidupnya dipersulit oleh orang-orang yang tidak menerimanya. Ia kerap harus menyingkir ke tempat persembunyian sebab orang-orang lain mengklaim diri sebagai uskup di keuskupannya. Tetapi St Meletius adalah uskup yang sebenarnya; dan ia akan dengan penuh kesabaran kembali sesegera mungkin. Ketika Kaisar Valens wafat pada tahun 378, kaum Arian mengakhiri penganiayaan mereka.

Pada tahun 381 diselenggarakanlah suatu pertemuan Gereja yang besar, yang dikenal sebagai Konsili Konstantinopel. Para uskup hendak membicarakan kebenaran-kebenaran penting iman kita. Uskup Meletius membuka pertemuan-pertemuan dalam Konsili Gereja dan memimpin sidang. Kemudian, menjadi kesedihan semua uskup, ia wafat di sana, di salah satu pertemuan.

Santo-santo besar seperti Yohanes Krisostomus dan Gregorius dari Nyssa ikut ambil bagian dalam Misa Pemakaman bersama segenap uskup yang hadir dalam Konsili. Jemaat Konstantinopel berbondong-bondong datang ke gereja pula. St Gregorius dari Nyssa yang menyampaikan homili pemakaman. Ia berbicara mengenai seorang uskup yang lemah lembut, yang seperti Kristus, dan yang dikasihi semua orang. Ia benar; semua orang yang mencintai Gereja mengasihi St Meletius. St Gregorius berbicara mengenai ketenangan dan senyumnya yang hangat, suara kebapakan dan sentuhan kasih Uskup Meletius. Uskup kudus ini wafat pada tanggal 12 Februari 381.

“Bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.” (Galatia 2:20)


14 Februari S. Sirilus & S. Metodius

Kedua bersaudara ini berasal dari Tesalonika, Yunani. Metodius dilahirkan pada tahun 815 dan Sirilus pada tahun 827. Keduanya menjadi imam dan memiliki keinginan kudus yang sama untuk mewartakan iman Kristiani. Mereka menjadi misionaris untuk bangsa-bangsa Slavia: Moravia, Bohemia dan Bulgaria. Beginilah kisahnya: Pada tahun 862, hanya tujuh tahun sebelum St. Sirilus wafat, pangeran Moravia memohon agar para misionaris diutus ke negaranya untuk mewartakan Kabar Gembira Yesus dan Gereja-Nya. Pangeran menambahkan satu permohonan lagi, yaitu para misionaris tersebut hendaknya berbicara dalam bahasa setempat.

Kedua bersaudara, Sirilus dan Metodius, menawarkan diri untuk menjadi sukarelawan dan diterima. Mereka tahu bahwa mereka akan diminta untuk meninggalkan negeri mereka sendiri, bahasa serta kebudayaan mereka, demi cinta kepada Yesus. Mereka melakukannya dengan suka hati. Sirilus dan Metodius menciptakan abjad Slavia. Mereka menerjemahkan Kitab Suci dan liturgi Gereja ke dalam bahasa Slavia. Oleh karena jasa mereka, rakyat dapat menerima ajaran Kristiani dalam bahasa yang mereka mengerti.

Pada waktu itu, sebagian orang dalam Gereja tidak setuju dengan penggunaan bahasa setempat dalam liturgi Gereja. Kedua bersaudara itu harus menghadapi kritik serta kecaman. Kemudian, mereka berdua dipanggil ke Roma untuk menghadap Bapa Suci. Orang-orang yang mengecamnya pasti akan terkejut dengan jalannya pertemuan tersebut. Paus Adrianus II menunjukkan rasa kagum serta terima-kasihnya kepada kedua misionaris tersebut. Ia menyetujui cara-cara yang mereka gunakan dalam mewartakan iman dan bahkan mengangkat mereka berdua menjadi uskup. Sirilus, sang pertapa, wafat sebelum ia sempat ditahbiskan menjadi Uskup, sementara Metodius kemudian menjadi uskup. Sirilus wafat pada tanggal 14 Februari 869. Ia dimakamkan di Gereja St. Klemens di Roma. Metodius kembali ke bangsa-bangsa Slavia dan melanjutkan karyanya selama lima belas tahun lagi sebelum akhirnya wafat pada tanggal 6 April 885.

Pada tanggal 31 Desember 1980, Paus Yohanes Paulus II mengangkat St. Sirilus dan St. Metodius sebagai pelindung Eropa bersama dengan St. Benediktus.

Kedua orang kudus ini membawa terang Injil kepada bangsa-bangsa Slavia serta membantu menggalang persatuan tanpa memaksakan keseragaman yang kaku. Marilah berdoa bagi persatuan umat Kristen sehingga kita dapat menjadi satu dalam iman dan pujian.


15 Februari S. Faustinus dan S. Jovita

St Faustinus dan St Jovita adalah dua bersaudara yang tinggal di Brescia, Italia. Mereka termasuk di kalangan para martir awal Kristen. Kedua pemuda ini banyak menderita dalam masa penganiayaan Kaisar Hadrian pada abad kedua.

Sejak masih belia, Faustinus dan Jovita telah dikenal karena cintanya yang besar kepada agama yang mereka peluk. Mereka juga mengamalkan karya-karya belas kasih Kristiani. Kedua bersaudara ini saling tolong-menolong dalam berbuat baik kepada mereka semua yang membutuhkan. Uskup Brescia menahbiskan keduanya menjadi imam. Demikianlah, mereka mulai berkhotbah ke mana-mana, baik kepada mereka yang kaya maupun yang miskin. Mereka tak menghindarkan diri dari kurban yang diperlukan untuk membawa banyak orang kepada Tuhan. Karena waktu itu adalah masa penganiayaan, orang mudah merasa takut. Tetapi, Faustinus dan Jovita tak menyerah pada rasa takut menghadapi para prajurit meski para prajurit ini tanpa belas kasihan membantai banyak umat Kristiani.

Ketika kaisar mendengar bahwa Faustinus dan Jovita berani berkhotbah secara terbuka, ia menjebloskan mereka ke dalam penjara dan menyiksa mereka. Kaisar berpikiran bahwa siksa aniaya akan dapat membungkam mereka. Tetapi, tak peduli betapa berat penderitaan yang harus ditanggung kedua imam itu, mereka tak hendak berjanji untuk berhenti berkhotbah tentang Yesus. Mereka senantiasa dalam sikap doa bahkan dalam penjara yang gelap ngeri. Sesungguhnya, mereka secara suka hati mempersembahkan penderitaan mereka kepada Tuhan. Faustinus dan Jovita saling menyemangati satu sama lain untuk tetap gagah berani bahkan jika mereka, juga, harus mati sebagai martir demi Yesus.

Kedua bersaudara itu tetap setia pada iman dan kasih kepada Yesus hingga keduanya wafat dimartir. Tanggal tepatnya kematian mereka tidak dicatat. Meski begitu, kesaksian mereka yang gagah berani merupakan kenangan suci sekaligus tantangan bagi kita semua untuk hidup seturut teladan mereka.

Marilah kita mempergunakan sebaik-baiknya kesempatan untuk mendorong dan mendukung keluarga kita dalam mengamalkan Injil.


16 Februari S. Onesimus

Onesimus hidup pada abad pertama. Ia adalah seorang hamba yang merampok majikannya lalu melarikan diri ke Roma. Di Roma ia bertemu dengan St. Paulus yang dipenjarakan karena imannya. Paulus menerima Onesimus dengan kelembutan serta kasih sayang seorang ayah. Paulus membantu menyadarkan pemuda tersebut bahwa ia telah berbuat salah dengan mencuri. Lebih dari itu, ia membimbing Onesimus untuk percaya dan menerima iman Kristiani.

Setelah Onesimus menjadi seorang Kristen, Paulus mengirimkannya kembali kepada tuannya, Filemon, yang adalah sahabat Paulus. Tetapi, Paulus tidak mengirim hamba itu kembali seorang diri dan tak berdaya. Ia “mempersenjatai” Onesimus dengan sepucuk surat yang singkat tapi tegas. Paulus berharap agar suratnya dapat menyelesaikan semua masalah Onesimus, sahabat barunya. Kepada Filemon, Paulus menulis: “Aku mengajukan permintaan kepadamu mengenai anakku yang kudapat selagi aku dalam penjara, yakni Onesimus. Dia kusuruh kembali kepadamu. Dia, yaitu buah hatiku.”

Surat yang menyentuh tersebut dapat ditemukan dalam Kitab Suci Perjanjian Baru. Filemon menerima surat dan nasehat Paulus. Ketika Onesimus kembali kepada tuannya, ia dibebaskan. Kemudian, Onesimus kembali kepada St. Paulus dan menjadi penolongnya yang setia.      

St. Paulus mengangkat Onesimus menjadi imam dan kemudian uskup. Orang kudus yang dulunya hamba ini membaktikan seluruh sisa hidupnya untuk mewartakan Kabar Gembira yang telah mengubah hidupnya selamanya. Menurut tradisi, pada masa penganiayaan, Onesimus dibelenggu dan dibawa ke Roma lalu dirajam hingga tewas.

Bagian manakah dalam hidupku yang membutuhkan kesembuhan dengan pengampunan dan penerimaan?


17 Februari Ketujuh Saudara Suci Pendiri Ordo Servite (Tarekat Hamba-Hamba Santa Perawan Maria)

Ketujuh santo ini hidup pada abad ketigabelas. Mereka semua berasal dari Florence, Italia. Masing-masing dari mereka memiliki cinta mendalam kepada Bunda Maria, Bunda Allah. Mereka adalah anggota-anggota aktif suatu konfraternitas (= persaudaraan sejati) Santa Perawan Maria. Kisah bagaimana mereka menjadi pendiri Ordo Servite sungguh menakjubkan. Pada Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga, sementara mereka bertujuh khusuk dalam doa, Bunda Maria menampakkan diri kepada mereka. Bunda Allah mengilhami mereka untuk meninggalkan dunia dan hidup hanya bagi Tuhan. Setelah beberapa tahun hidup sebagai pertapa, mereka menghadap uskup. Mereka mohon suatu peraturan hidup yang perlu mereka taati. Uskup mendorong mereka untuk berdoa dan memohon bimbingan Bunda Maria. Santa Perawan Maria menampakkan diri kembali kepada mereka dengan membawa sehelai jubah hitam. Di sampingnya tampak seorang malaikat membawa sebuah gulungan bertuliskan “Hamba-hamba Santa Perawan Maria”. Dalam penglihatan itu, Bunda Maria mengatakan bahwa ia telah memilih mereka menjadi hamba-hambanya. Ia meminta mereka untuk mengenakan jubah hitam. Inilah jubah yang mulai mereka kenakan pada tahun 1240. Mereka juga memulai suatu hidup religius seturut peraturan St Agustinus.

Orang-orang yang mengagumkan ini saling membantu dan menguatkan dalam mengasihi dan melayani Tuhan dengan terlebih baik. Enam dari antara mereka ditahbiskan menjadi imam. Mereka adalah Bonfilius, Amadeus, Hugo, Sostenes, Manettus dan Buonagiunta. Yang ketujuh, Alexis, tetap dalam statusnya sebagai seorang rohaniwan yang mengagumkan hingga akhir hayatnya. Dalam kerendahan hatinya, Alexis memilih untuk tidak ditahbiskan ke jenjang imamat. Banyak pemuda datang menggabungkan diri dengan para pendiri yang kudus ini. Mereka dikenal sebagai Hamba-hamba Santa Perawan Maria atau Servite. Ordo Servite mendapat persetujuan dari Vatican pada tahun 1259. Ketujuh pendirinya dimaklumkan sebagai santo oleh Paus Leo XIII pada tahun 1888.

Para pendiri ini telah meninggalkan bagi kita suatu teladan mengagumkan akan kasih dan solidaritas persaudaraan. Bagaimanakah aku dapat membantu menumbuhkan persatuan dan cinta kasih dalam keluarga, di tempat kerja, ataupun dalam komunitas aku tinggal?

19 Februari S. Barbatus

Barbatus dilahirkan di Benevento, Italia, pada tahun 612. Ia diasuh secara Kristiani dan merupakan seorang anak yang baik dan saleh. Ia memelihara iman secara serius dan teristimewa amat suka membaca Kitab Suci. Setelah cukup dewasa, ia ditahbiskan sebagai seorang imam. Kemudian ia dipercaya sebagai seorang pastor. Akan tetapi, hidupnya sebagai seorang pastor tidaklah mudah. St Barbatus mendorong umat untuk mengamalkan hidup yang lebih baik. Ia mengingatkan mereka untuk bertobat dan menyesali dosa-dosa mereka. Sebagian orang tidak suka diberitahu. Sebagian orang lainnya menjadi geram. Mereka menganiaya Barbatus dan pada akhirnya memaksanya pergi.

Imam muda ini merasa sedih. Ia kembali ke Benevento, kota kelahirannya. Di sana, ia disambut dengan hangat penuh sukacita. Tetapi, ada hambatan-hambatan juga di kota itu. Banyak orang yang telah menjadi Kristen masih menyimpan berhala-berhala kafir di rumah. Mereka merasa sulit memusnahkan jimat-jimat keberuntungan. Mereka percaya pada kuasa-kuasa gaib. St Barbatus berkhotbah melawan takhayul yang demikian. Tetapi, orang tetap bertaut erat pada berhala-berhala palsu. Orang kudus ini memperingatkan mereka bahwa karena dosa ini, kota mereka akan diserang oleh para musuh; dan terjadilah demikian.

Sesudah peristiwa itu, umat menyadari kesalahan mereka dan damai kembali menguasai kota. St Barbatus ditahbiskan menjadi uskup. Ia terus melanjutkan karyanya mempertobatkan orang banyak hingga wafatnya pada tanggal 29 Februari 682 dalam usia tujuhpuluh tahun.

Setiap hati manusia diciptakan oleh Tuhan untuk dipersatukan dengan-Nya di surga. Bagaimanakah rasanya dikasihi oleh Tuhan?



20 Februari S. Eucherius

St Eucherius dilahirkan di Orleans, Perancis, pada abad kedelapan. Ia diasuh dan dididik secara Kristiani. Satu kalimat dari surat pertama St Paulus kepada jemaat di Korintus menimbulkan kesan mendalam padanya: “Dunia seperti yang kita kenal sekarang akan berlalu” (1 Korintus 7:31). Pernyataan ini membuat Eucherius sadar bahwa hidup kita di dunia ini amat singkat. Ia sadar bahwa surga dan neraka akan berlangsung selamanya. Ia bertekad untuk menemukan sukacita surgawi dengan hidup hanya bagi Tuhan saja.

Pada tahun 714, St Eucherius meninggalkan rumahnya yang mewah untuk masuk ke sebuah biara Benediktin. Di sana ia melewatkan tujuh tahun dalam persatuan yang erat dengan Tuhan. Setelah wafat pamannya, Uskup Orleans, pada tahun 721, Eucherius dipilih untuk menggantikannya. Pada waktu itu Eucherius masih berusia duapuluh lima tahun dan amat rendah hati. Ia tak hendak meninggalkan biara yang sangat dikasihinya. Dengan berurai airmata ia memohon agar diijinkan tetap tinggal sendirian bersama Tuhan dalam biara. Tetapi, pada akhirnya ia menyerah atas nama ketaatan. Eucherius menjadi seorang uskup yang bijaksana dan kudus. Ia banyak berbuat baik bagi para imam dan umatnya.

Seorang tokoh politik yang berkuasa, Charles Martel, biasa mengambil uang Gereja untuk membiayai perang. Sebab Uskup Eucherius mengatakan kepadanya bahwa itu salah, Martel menjebloskannya ke dalam penjara. Uskup pertama-tama dibuang ke Cologne, dan lalu ke sebuah benteng dekat Liege. Tetapi gubernur kepada siapa Martel mempercayakan pengasingan uskup, tergerak hatinya oleh kelemah-lembutan Eucherius terhadap para musuhnya. Beberapa waktu kemudian, sang gubernur dengan diam-diam membebaskan uskup dari penjara dan mengirimkannya ke sebuah biara. Di sini, orang kudus kita melewatkan hari-harinya dengan tenang dalam doa hingga wafatnya pada tahun 743.

Pada hari ini, kita dapat merenungkan kata-kata St Paulus yang menimbulkan kesan mendalam pada St Eucherius: “Dunia seperti yang kita kenal sekarang akan berlalu” (1 Korintus 7:31).


21 Februari S. Petrus Damianus

St. Petrus Damianus dilahirkan pada tahun 1007 dan menjadi yatim piatu sejak masih kanak-kanak. Ia diasuh oleh seorang kakaknya yang menganiaya serta membiarkannya kelaparan. Seorang kakaknya yang lain, Damianus, mengetahui keadaannya yang sebenarnya. Ia membawa Petrus pulang ke rumahnya. Sejak saat itulah hidup Petrus berubah sepenuhnya. Ia diperlakukan dengan penuh cinta, kasih sayang serta perhatian. Begitu bersyukurnya Petrus hingga kelak ketika ia menjadi seorang religius, ia memilih nama Damianus sebagai ungkapan kasih sayang kepada kakaknya. Damianus mendidik Petrus serta memberinya semangat dalam belajar. Petrus kemudian mengajar di perguruan tinggi ketika usianya baru duapuluh tahunan. Ia menjadi seorang guru yang hebat. Tetapi Tuhan membimbingnya ke jalan yang tidak pernah terpikirkan olehnya.

Petrus hidup pada masa di mana banyak orang dalam Gereja terlalu dipengaruhi oleh tujuan-tujuan duniawi. Petrus sadar bahwa Gereja adalah ilahi dan Gereja memiliki rahmat dari Yesus Kristus untuk menyelamatkan semua orang. Ia ingin agar Gereja bersinar dengan kemuliaan Kristus. Setelah tujuh tahun lamanya mengajar, Petrus memutuskan untuk menjadi seorang biarawan. Ia ingin menghabiskan sisa hidupnya dengan berdoa serta bermati raga. Ia akan berdoa dan melakukan silih agar banyak orang dalam Gereja menjadi kudus. Demikianlah ia pergi ke biara St. Romualdus. Petrus Damianus menulis regula (=peraturan biara) bagi para biarawan. Ia juga menulis riwayat hidup St. Romualdus, pendiri biara mereka yang kudus. Petrus menghasilkan banyak karya tulis dalam bidang teologi untuk membantu umat memperdalam iman mereka. Dua kali pemimpin biara mengirimnya ke biara-biara tetangga. Ia membantu para biarawan untuk memulai pembaharuan yang mendorong mereka untuk hidup lebih dekat dengan Tuhan. Para biarawan amat bersyukur sebab Petrus adalah seorang yang lembut hati serta pantas dihormati.     

Petrus pada akhirnya ditarik dari biara. Ia diangkat menjadi Uskup dan kemudian Kardinal. Ia diutus dalam tugas-tugas yang amat penting kepada paus sepanjang hidupnya. St. Petrus Damianus wafat pada tahun 1072 dalam usia enampuluh lima tahun. Oleh karena ia seorang pahlawan kebenaran dan seorang pencinta perdamaian, ia dinyatakan sebagai Pujangga Gereja pada tahun 1828. Puisi Dante (yang hidup dari tahun 1265 hingga 1321) mengagumi kebesaran St. Petrus Damianus. Dalam puisinya, “Komedi Ilahi” Dante menempatkan Damianus dalam “surga ketujuh”. Itulah tempat bagi orang-orang kudus yang suka merindukan atau merenungkan Tuhan.

Meskipun ia mengalami masa kanak-kanak yang menyakitkan, St. Petrus belajar untuk menemukan Tuhan dengan kepercayaan seorang kanak-kanak. Sudahkah aku mengijinkan Kristus masuk dalam hidupku? Apakah aku sungguh-sungguh percaya kepada-Nya? 


 23 Februari S. Polikarpus

Polikarpus dilahirkan antara tahun 75 hingga 80. Ia menjadi seorang Kristen ketika pengikut Kristus masih sedikit jumlahnya. Sesungguhnya, Polikarpus adalah murid dari salah seorang rasul, yaitu St. Yohanes. Apa yang telah dipelajarinya dari St. Yohanes diajarkannya kepada yang lain. Polikarpus menjadi seorang imam dan kemudian Uskup Smyrna yang sekarang adalah Turki. Ia menjadi Uskup Smyrna untuk masa yang cukup lama. Jemaat Kristiani mengenalnya sebagai seorang gembala umat yang kudus serta pemberani.

Pada masa itu, umat Kristen mengalami penganiayaan serta pembantaian dalam masa pemerintahan Kaisar Markus Aurelius. Seseorang mengkhianati Polikarpus dan melaporkannya kepada penguasa. Ketika orang-orang yang hendak menangkapnya datang, Polikarpus terlebih dulu mengundang mereka bersantap bersamanya. Kemudian ia meminta mereka untuk mengijinkannya berdoa sejenak. Hakim berusaha memaksa Uskup Polikarpus menyelamatkan diri dari maut dengan mengutuk Yesus. “Aku telah melayani Yesus seumur hidupku,” jawab orang kudus itu, “dan Ia tidak pernah mengecewakanku. Bagaimana mungkin aku mengutuk Raja-ku yang rela wafat bagiku?”

Para prajurit mengikat kedua belah tangan St. Polikarpus dibelakang punggungnya. Kemudian uskup tua itu ditempatkan diatas api unggun yang disulut hingga berkobar-kobar. Tetapi, api tidak menyakitinya sedikit pun. Salah seorang prajurit kemudian menikamkan sebilah pedang ke lambung uskup. Demikianlah, pada tahun 155, Polikarpus wafat sebagai martir. Ia pergi untuk tinggal selama-lamanya bersama Majikan Ilahi yang telah dilayaninya dengan gagah berani.

“Selama delapanpuluh enam tahun aku melayani Yesus Kristus dan tidak pernah Ia meninggalkan aku.” ~ St. Polikarpus

24 Februari S. Montanus, St Lucius, dkk

Kaisar Valerianus menganiaya umat Kristiani dengan bengis sepanjang masa Gereja awali. Ia meluluskan eksekusi St Siprianus pada bulan September 258. Pejabat Romawi yang menjatuhkan hukuman mati kepada St Siprianus tewas tak lama sesudahnya. Pejabat yang baru, Solon, nyaris menjadi kurban dari suatu pemberontakan yang menyangkut suatu persekongkolan untuk menghabisi nyawanya. Tampaknya Solon mencurigai persekongkolan ini sebagai bentuk balas dendam atas kematian St Siprianus. Ia menangkap delapan orang tak bersalah. Semuanya adalah orang-orang Kristen, sebagian besar adalah kaum klerikus, dan semuanya adalah pengikut setia St Siprianus.

Tahanan Kristen itu dijebloskan ke dalam penjara bawah tanah yang gelap. Mereka mendapati orang-orang lain yang mereka kenal ada dalam penjara. Kotor dan pengap melingkupi kelompok tahanan ini. Mereka sadar bahwa mereka akan segera menghadapi kematian dan kebakaan. Orang-orang Kristen itu ditahan berbulan-bulan lamanya dalam penjara. Mereka dipaksa bekerja di siang hari, dan tanpa sebab seringkali tak diberi makan dan minum. Dalam situasi yang tak berperikemanusiaan macam itu, komunitas kecil umat Kristen ini bersatu padu dan saling tolong-menolong satu sama lain. Yang awam melindungi para uskup, imam dan diakon yang secara istimewa merupakan sasaran kekejian kaisar.

Ketika tahanan Kristiani pada akhirnya dibawa ke tempat pelaksanaan hukuman mati, masing-masing diijinkan untuk berbicara. Montanus, yang tinggi kekar, berbicara dengan gagah berani kepada segenap umat Kristiani yang ada di antara khalayak ramai. Ia menasehati mereka untuk setia kepada Yesus dan untuk lebih memilih mati daripada mengingkari iman. Lucius, yang kecil dan rapuh, berjalan tertatih-tatih ke tempat eksekusi. Ia lemah akibat masa-masa berat dan sulit di penjara. Sesungguhnya, ia harus bertopang pada dua teman yang membantunya tiba di tempat di mana para algojo telah menanti. Mereka yang menyaksikan berseru-seru memintanya untuk mengingat mereka di surga.

Sementara tahanan Kristen ini seorang demi seorang dipenggal kepalanya, khalayak ramai semakin berani. Mereka menangisi para martir yang menderita ketidakadilan. Tetapi mereka bersukacita juga. Mereka sadar bahwa para martir ini akan memberkati mereka dari surga. Montanus, Lucius dan kawan-kawan wafat sebagai martir pada tahun 259.

Kebaikan dan kasih satu sama lain menandai hidup para kudus ini. Pada hari ini, kita dapat memikirkan untuk melakukan suatu yang baik bagi seseorang dengan siapa kita merasa sulit untuk bergaul.

25 Februari S. Caesarius dari Nazianzen

Caesarius hidup pada abad keempat di wilayah yang sekarang disebut Turki. Ayahnya adalah Uskup Nazianzen. Pada waktu itu uskup dan imam boleh menikah. Saudara Caesarius adalah St Gregorius dari Nazianzen, sahabat karib St Basilius. Di samping seorang santo, Gregorius adalah seorang penulis penting dari Gereja awali. Buku-bukunya masih dibaca hingga sekarang.

Keduanya, Caesarius dan Gregorius, mengenyam pendidikan yang baik. Gregorius bercita-cita menjadi seorang imam; Caesarius bercita-cita menjadi seorang dokter. Keduanya pergi ke sekolah yang akan membantu mereka mencapai cita-cita.

Caesarius menamatkan pendidikan di bidang kedokteran di Konstantinopel. Segera ia menjadi seorang dokter ternama dan terpercaya. Sesungguhnya, Kaisar Konstantius yang tinggal di Kontantinopel, menghendaki Caesarius menjadi dokter pribadinya. Caesarius berterima kasih kepada kaisar, tetapi secara halus menolak. Ia ingin kmbali ke Nazianzen, kota kelahirannya.

Akan tetapi, beberapa waktu kemudian, Caesarius dipanggil kembali untuk melayani kaisar di Konstantinopel. Pada waktu itu adalah seorang yang dikenal dalam sejarah sebagai Julian si murtad. Seorang yang murtad adalah seorang yang mengingkari iman Kristennya. Orang ini mengemban perintah resmi melawan kekristenan. Meski begitu, ia bermaksud membebaskan Caesarius dari hukuman, sebab Caesarius adalah seorang dokter yang amat cakap. Kepada Caesarius ditawarkan kedudukan, harta dan hak-hak istimewa. Ayah maupun saudara Caesarius menasehatinya untuk menolak segala tawaran. Mereka menyarankannya untuk pulang ke rumah dan membuka praktek dokter.

Pada tahun 368, Caesarius nyaris tewas dalam suatu gempa bumi. Ia berhasil lolos tanpa cedera, tetapi amat terguncang oleh kejadian itu. Ia merasa Tuhan mengatakan kepadanya untuk menempuh hidup dalam doa jauh dari keruwetan hidup di istana. Caesarius membagi-bagikan harta miliknya kepada kaum miskin. Ia mulai menempuh hidup dalam doa dan keheningan.

St Caesarius wafat tak lama kemudian pada tahun 369. Homili dalam Misa Pemakamannya disampaikan oleh saudaranya, St Gregorius.

Bagaimanakah orang melihat panggilan khususku sebagai suatu cara untuk melayani dan mengasihi Tuhan dalam umat-Nya?   

26 Februari S. Porphyrius

Porphyrius dilahirkan pada abad kelima dalam keluarga bangsawan yang kaya. Ia meninggalkan keluarganya ketika ia berusia duapuluh lima tahun. Porphyrius pergi ke Mesir untuk menggabungkan diri dalam sebuah biara. Setelah lima tahun, ia mengadakan perjalanan ke Yerusalem. Ia ingin mengunjungi tempat-tempat di mana Yesus pernah berada semasa hidup-Nya di dunia.

Porphyrius amat terkesan dengan Tanah Suci. Kasihnya kepada Yesus membuatnya semakin sadar akan penderitaan kaum miskin. Di rumahnya di Tesalonika, ia tak pernah tahu bagaimana rasanya menjadi miskin. Ia masih memiliki segala yang diwariskan orangtuanya kepadanya, tapi tidak untuk jangka waktu yang lama. Ia meminta temannya - Markus - untuk pergi ke Tesalonika dan menjual segala harta miliknya. Setelah tiga bulan, Markus kembali dengan uang. Porphyrius lalu membagi-bagikannya kepada mereka yang sungguh membutuhkannya.

Pada usia empatpuluh tahun Porphyrius ditahbiskan sebagai imam dan kepadanya dipercayakan pemeliharaan reliqui salib asli Yesus. Porphyrius selanjutnya ditahbiskan sebagai Uskup Gaza. Ia bekerja giat untuk menghantar banyak orang percaya kepada Yesus dan menerima iman. Tetapi, kerja kerasnya menghasilkan buah amat lambat dan membutuhkan kesabaran yang luar biasa. Mayoritas penduduk pada waktu itu bertaut pada praktek-praktek kafir dan takhayul. Meski Porphyrius dapat mengakhiri banyak dari praktek-praktek ini, ia juga mendapat banyak musuh yang membuatnya banyak menderita. Yang lain, yang adalah umat Kristiani, amat mengasihi dan mengagumi Porphyrius. Mereka berdoa dan bermatiraga untuknya. Mereka memohon Tuhan untuk menjaga dan melindunginya. Uskup Porphyrius menghabiskan bertahun-tahun lamanya guna memperkuat komunitas Kristiani. Ia memaklumkan dengan tegas segala yang diyakini teguh umat Kristiani. St Porphyrius wafat pada tahun 420.

Adakah aku mengandalkan Tuhan dalam segala perbuatanku, percaya bahwa Ia melindungiku? Adakah begian dari hidupku yang masih dikuasai kekhawatiran?


27 Februari S. Gabriel dari Bunda Dukacita

Santo yang menarik ini dilahirkan di Asisi, Italia pada tahun 1838. Ia diberi nama Fransiskus pada saat dibaptis untuk menghormati St. Fransiskus dari Asisi. Ibunya meninggal dunia ketika Fransiskus baru berusia empat tahun. Ayahnya mendatangkan seorang pendidik untuk mengasuhnya dan saudara-saudaranya. Fransiskus tumbuh menjadi seorang pemuda yang amat tampan sekaligus menyenangkan. Seringkali ia menjadi orang yang paling menarik perhatian dalam suatu pesta. Fransiskus senang berpesta-pora, tetapi ia mempunyai sisi lain juga. Bahkan pada saat sedang bersenang-senang, ia kadang-kadang merasa bosan. Ia tidak dapat menjelaskan mengapa. Tampaknya, ia merasakan dalam hatinya ada suatu dorongan kuat kepada Tuhan dan kepada kehidupan rohani yang lebih mendalam.

Dua kali Fransiskus sakit parah hingga hampir kehilangan nyawanya. Setiap kali ia berjanji kepada Bunda Maria bahwa jika Bunda Maria mau mengusahakan kesembuhannya, ia akan menjadi seorang yang religius. Sungguh, dua kali itu ia sembuh dari penyakitnya, tetapi Fransiskus tidak menepati janjinya.

Suatu hari, Fransiskus melihat lukisan Bunda Dukacita sedang diarak dalam suatu prosesi. Tampak olehnya, Bunda Maria menatap langsung kepadanya. Pada saat yang sama, ia mendengar suatu suara dalam hatinya yang mengatakan, “Fransiskus, dunia ini bukan lagi untukmu.” Dan begitulah. Fransiskus masuk biara Passionis. Usianya delapanbelas tahun. Nama yang dipilihnya adalah Gabriel dari Bunda Dukacita.

Cinta Grabriel yang terdalam ditujukan kepada Ekaristi Kudus dan Maria, Bunda Dukacita. Ia suka menghabiskan waktu dengan merenungkan sengsara Yesus dan betapa Yesus telah banyak menderita untuknya. Grabriel juga melatih diri dalam dua keutamaan dengan cara yang istimewa, yaitu kerendahan hati dan ketaatan. Yang menjadi ciri khasnya adalah sukacita. Ia selalu bergembira dan menyebarkan kegembiraan itu kepada mereka yang ada di sekitarnya. Hanya setelah empat tahun tinggal dalam biara Passionis, Gabriel wafat pada tanggal 27 Februari 1862. Ia dinyatakan kudus pada tahun 1920 oleh Paus Benediktus XV.

Ciri khas St. Gabriel adalah sukacita. Bagaimanakah aku dapat menyebarkan sukacita kepada orang-orang di sekitarku? Bagaimana sesungguhnya rasanya menikmati sukacita Kristus?


28 Februari S. Romanus dan S. Lupicinus

Kedua santo Perancis ini adalah kakak-beradik yang hidup pada abad kelima. Sebagai seorang pemuda, Romanus dikagumi semua orang oleh karena kebaikan hatinya. Ia memiliki hasrat yang kuat untuk menjadi seorang kudus. Karena ia melihat bahwa di dunia amatlah mudah orang melupakan Tuhan, maka Romanus memutuskan untuk hidup sebagai seorang pertapa. Terlebih dahulu, ia meminta nasehat dari seorang rahib yang kudus dan kemudian berangkat. Ia membawa sebuah buku bersamanya, yaitu Hidup Para Bapa dari Padang Gurun tulisan Cassian. Ia juga membawa serta benih-benih tanaman dan beberapa peralatan. Dengan perlengkapan tersebut, Romanus masuk ke dalam hutan di pegunungan Jura antara Swiss dan Perancis. Ia menemukan sebuah pohon yang amat besar dan tinggal di bawahnya. Romanus melewatkan waktunya dengan berdoa dan membaca bukunya. Ia juga menanami serta merawat kebunnya, dengan tenang menikmati alam sekitarnya. Tak lama kemudian, adiknya - Lupicinus - bergabung dengannya. Romanus dan Lupicinus amat berbeda kepribadiannya. Romanus keras terhadap dirinya sendiri. Tetapi, ia lemah lembut dan penuh pengertian terhadap orang lain. Lupicinus keras serta kasar terhadap dirinya sendiri dan biasanya demikian juga ia menghadapi orang lain. Namun demikian, maksudnya baik. Kedua bersaudara itu saling mengerti satu sama lain dan hidup rukun bersama.

Banyak orang kemudian datang untuk bergabung dengan mereka. Orang-orang itu pun juga ingin menjadi rahib, maka mereka mendirikan dua buah biara. Romanus menjadi pemimpin di biara yang satu dan Lupicinus menjadi pemimpin di biara yang lainnya. Para rahib itu hidup sederhana dan keras. Mereka banyak berdoa dan mempersembahkan kurban-kurban mereka dengan sukacita. Mereka melakukan silih untuk mempererat panggilan hidup mereka. Mereka bekerja keras menanami serta memelihara kebun mereka dan senantiasa hening sepanjang waktu. Mereka memilih untuk hidup demikian oleh sebab perhatian utama mereka adalah mendekatkan diri kepada Tuhan. Cara hidup mereka membantu mereka untuk mencapai tujuan rohani mereka.

St. Romanus wafat pada tahun 460. Adiknya, St. Lupicinus, wafat pada tahun 480. St. Romanus dan St. Lupicinus keduanya adalah kudus, meskipun mereka memiliki kepribadian yang berbeda.

Tuhan mengundang semua orang dari berbagai macam kepribadian untuk membina hubungan mesra dengan-Nya. Apakah yang harus aku lakukan untuk membina hubungan yang akrab mesra dengan Yesus?

NB: Data diatas Belum lengkap akan diperbaharui..
Daftar Nama Santo Santa Bulan Februari Beserta Penjelasannya Daftar Nama Santo Santa Bulan Februari Beserta Penjelasannya Reviewed by jmw on Monday, October 30, 2017 Rating: 5

No comments:

Sopan Santun Anda Sangat Kami Hargai

" Aquila non capit muscas "

Powered by Blogger.