OASE KEHIDUPAN: Sabtu, 4 Juli 2015
“Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? ( Mat 9: 14-17 ) Kematian meninggalkan duka yang dalam di hati kita. Rumah duka penuh manusia. Bukan hanya untuk berdoa. Aktivitas lain pun mereka lakukan. Makan minum bersama. Bermain kartu bartaruh uang atau ‘berjudi’. Hal terakhir ini, paling ramai di hampir semua tempat.
Butuh waktu berhari-hari. Tidak peduli kerugian yang timbul. Rugi uang, rencana keuangan keluarga terganggu, relasi suami istri dan anak goncang, dan rugi kesehatan. Apa makna semua aktivitas itu di rumah duka? Pertanyaan itu mau menyisir aktivitas yang tidak bersentuhan dengan pertobatan hati sebagai tanda kebangkitan dan hidup baru.
Saat dukacita, bagi Yesus menjadi saat berpuasa. Inti puasa adalah membaharui hati dalam semangat baru yang Yesus wartakan yaitu cintakasih dan belaskasih. Aksi yang sesuai dengan cita-cita kabaruan itu adalah berdoa mohon pertobatan dan hidup baru, makan minum sesederhana mungkin, rekreasi yang menyegarkan dan menghibur keluarga, ada batas waktu untuk istirahat.
Kehadiran kita di rumah duka mesti turut menciptakan suasana rumah duka sebagai “ruang pertobatan dan hidup baru.” Apakah anda dan keluargamu berani mulai dari diri sendiri melakukan aksi-aksi yang menciptakan suasana baru di setiap rumah duka sebagai ‘ruang pertobatan dan hidup baru’? Manakah aksi-aksi di rumah duka yang perlu anda singkirkan jauh-jauh karena tidak bersentuhan dengan pertobatan sebagai tanda kebangkitan dan hidup baru? Selamat pagi. Tuhan memberkati harimu.***(Antonius Prakum Keraf)
OASE KEHIDUPAN: Sabtu, 4 Juli 2015
Reviewed by jmw
on
Friday, July 03, 2015
Rating:
No comments:
Sopan Santun Anda Sangat Kami Hargai
" Aquila non capit muscas "